Ditengah pandemi virus corona Junjung Duli yang merupakan tradisi kesultanan Deli yang biasa digelar setiap hari raya di Istana Maimun. Kegiatan ini telah dipertahankan hingga ratusan tahun, dan menjadi sesuatu keunikan yang dinantikan banyak masyarakat.
Bahkan tak hanya itu saja bahkan virus corona yang sudah mewabah hampir keseluruh penjuru dunia, kemungkinan mengancam kegiatan tersebut. Sultan melayu Deli, Tengku Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Alam Shah masih mempertimbangkan agenda tersebut digelar atau ditiadakan tahun ini. “Sementara masih kita pikirkan soal itu,” jelas Aria kepada wartawan.
1. Dampak COVID-19, Sultan Deli tidak pulang ke istananya
Bahkan tam hanya itu saja pasalnya, dirinya juga merasa sedih karena tak dapat berkumpul bersama dengan sanak saudara seperti biasanya, dikarenakan belum bisa pulang kampung ke Istana Maimun. Saat ini, ia berada di Semarang dan hanya mengikuti arahan pemerintah.
“Saya berada di Semarang. Saya tidak mudik karena mengikuti arahan pemerintah,” ucap Sultan Deli ke-14 di Kesultanan Melayu Deli.
2. Junjung Duli masih dipertimbangkan, mengingat kewaspadaan penyebaran COVID-19
Bahkan dalam penjelasannya, kegiatan yang menjadi ciri khas Melayu Deli ini belum memiliki keputusan untuk dilakukan atau ditiadakan. Artinya masih akan menjadi bahan pertimbangan di Kesultanan Deli.
Hal ini karena dampak COVID-19, yang mengingatkan untuk selalu waspada terhadap acara atau keramaian untuk dapat memutus rantai penyebaran COVID-19.
“Di samping itu ada beberapa kegiatan yang kami tiadakan yakni ibadah malam Nisfu Syaban kemarin kita tiadakan dikarenakan adanya pandemik. Untuk lebaran sedang kami pikirkan apakah nanti tradisi junjung duli bisa dilaksanakan atau tidak,” ucapnya.
3. Junjung Duli biasa dilakukan saat Idul Fitri dan Idul Adha
Tak hanya itu saja paslanya, junjung duli ini dilakukan oleh Sultan Deli setelah selesai ibadah solat Idul Fitri atau Idul Adha di Masjid Raya Medan, bersama para pejabat istana dan pasukan pengawal sultan dengan nuansa suku Melayu yang sangat kental. Tak hanya itu, saat bulan puasa beberapa kegiatan juga dilakukan, seperti pembagian bubur pedas di Masjid Raya.
Menurutnya, ada tradisi yang tidak bisa hilang walaupun ada dampak COVID-19, yaitu Ratib Haddad setiap malam Jumat dari kesultanan dengan dilakukan dengan syarat berlaku.
“Tapi dari kami kesultanan ada beberapa tradisi yang tidak bisa hilang, yakni Ratib Haddad setiap malam Jumat tetap kami laksanakan tetapi dengan syarat yang berlaku, untuk buka puasa bersama di Masjid Raya seperti pembagian bubur pedas tidak kami lakukan untuk menghindari adanya penyebaran COVID-19,” ungkapnya.