Berbagai jenis menu makanan untuk berbuka puasa dijajakan oleh pedagang di setiap sisi jalan di Kota Medan. Mulai dari kue, minuman hingga jenis panganan lokal, salah satunya Pakkat.
Salah satunya pakkat. Pakkat sendiri adalah nama jenis makanan khas Mandailing, Tapanuli Selatan. Lalapan ini merupakan rotan muda yang dibakar lalu diambil bagian dalamnya.
Meski sebagai makanan tradisional, namun keberadaan Pakkat selalu ditunggu oleh penikmatnya saat bulan ramadan tiba.
Sofyan (23) salah satu penjual Pakkat yang ada di Jalan Letda Sujono, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang.
Dia mengatakan, setiap harinya ia bisa menjual 900 batang lebih (12 ikat) Pakkat saat bulan puasa. Sedangkan pada hari biasa, dirinya hanya menjual sekitar 400 hingga 500 batang Pakkat.
Bahan baku yakni rotan muda, langsung dipesan dari daerah Langga Payung, Kecamatan Sungai Kanan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara.
“Dalam satu ikatan berisi 150 batang rotan muda. Kami belinya dari Langga Payung, Sumut,” ujarnya.
Sedangkan untuk harga, Sofyan mengatakan jika setiap empat batang Pakkat dihargai Rp10.000.
Salah satu penikmat Pakkat, Muhamad Iwan Syahputra Pane (27), mengaku menyukai Pakkat karena dapat menambah nafsu makan. Selain itu, kebiasaan mengkonsumsi Pakkat di keluarga, sudah ia jalani sejak dari kecil.
“Walaupun sudah besar di Medan, tapi sejak kecil sudah dibiasakan makan Pakkat ini. Rasanya memang pahit, tapi menjadi ketagihan kalau sudah dimakan,” katanya.
Dirinya mengatakan, mengkonsumsi Pakkat sudah menjadi tradisi di keluarga setiap bulan Ramadan. Hal itu juga dikarenakan penjualan Pakkat akan ramai ketika bulan puasa tiba.