Sejak merebaknya isu virus corona di Indonesia masyarakat berburu permen jahe. Tidak heran, karena permen berbahan dasar jahe ini dianggap pengkal virus mematikan tersebut.
Menurut Penjual permen jahe, Ilham mengaku olahan dari gula dan jahe tersebut cukup tinggi peminatnya sejak ramai isu Corona masuk ke Indonesia. Bahkan dirinya bisa sampai beberapa kali membeli.
"Saya membeli untuk dijual lagi ke konsumen, sebelum ramai soal corona biasa saya beli 5-6 bal dalam seminggu, sekarang bisa sampai 8-10 bal dalam tiga hari," papar Ilham.
Menurut pemilik UMKM AF Special Aep Saepulloh kepada wartawan, Sabtu 7 Maret 2020 di perusahaan miliknya Jalan Prana, Babakanjampang, RT02/18, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi distribusi barang paling banyak ke Bekasi sebanyak 90 persen dan sisanya, 10 persen ke daerah lain.
"Paling banyak ke Bekasi, kita kirim ke sana sekitar 90 persenan sisanya baru ke daerah lain," kata pemilik UMKM AF Special Aep Saepulloh kepada wartawan, Sabtu 7 Maret 2020 di perusahaan miliknya Jalan Prana, Babakanjampang, RT02/18, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi.
Di tengah tingginya permintaan, harga bahan pokok berupa jahe pun melambung tinggi. Saat ini Aep mengaku kesulitan mencari bahan baku di Sukabumi, ia berburu ke lampung untuk bahan dasar permennya.
"Karena di Sukabumi sudah enggak ada, saya minta bahan dari Lampung dan Jawa untuk Jahe yang kita buat sebagai bahan dasar permen, sehari kita produksi 1 ton padahal biasanya rata-rata 500 kilogram," ungkapnya.
Tingginya permintaan permen jahe dan langkanya bahan dasar, membuat harga permen tersebut ikutan naik. Hanya menurut Aep kenaikan pun masih dalam batas wajar. "Kenaikan sekitar Rp 3 ribu sampai Rp 4 ribu perkilogram. Dulu perkilogram rata-rata Rp 21 ribu," jelasnya.
