OpenAI dikabarkan mengalami lonjakan biaya operasional setelah banyak netizen membuat video iseng menggunakan teknologi AI mereka. Aktivitas ini memicu penggunaan server dan komputasi dalam jumlah masif, sehingga biaya yang harus ditanggung perusahaan naik drastis. Dalam satu hari saja, kerugian operasional diperkirakan mencapai sekitar Rp 250 miliar.
Fenomena ini berawal ketika pengguna mulai bereksperimen membuat video pendek, meme, hingga konten viral berbasis AI secara massal. Meski terlihat sepele, volume penggunaan yang sangat tinggi membuat beban komputasi meningkat tajam. Sistem yang dirancang untuk penggunaan kreatif dan produktif malah dibanjiri permintaan yang tidak selalu bernilai komersial bagi perusahaan.
Tingginya permintaan ini membuat OpenAI harus mengoperasikan lebih banyak server, meningkatkan kapasitas GPU, serta mengalokasikan sumber daya tambahan untuk menjaga stabilitas layanan. Beban infrastruktur tersebut langsung berdampak pada biaya operasional harian, yang melonjak jauh di luar proyeksi awal perusahaan.
Selain itu, tingginya aktivitas konten iseng juga menimbulkan tantangan baru bagi OpenAI. Mereka perlu memperkuat penyaringan konten, mengatur antrian pemrosesan, dan menyeimbangkan prioritas antara pengguna reguler dan pengguna yang hanya membuat konten hiburan. Kondisi ini menunjukkan betapa sensitifnya biaya layanan AI ketika digunakan secara massal tanpa batas.
Situasi ini mendorong OpenAI mempertimbangkan pembaruan kebijakan penggunaan, optimasi model, hingga kemungkinan penyesuaian harga layanan. Meskipun teknologi mereka semakin populer, tingginya biaya yang ditimbulkan oleh penggunaan iseng menambah tekanan finansial dan operasional yang tidak bisa diabaikan.






