Anak Main Game dan Medsos Hingga 41 Jam Seminggu, Begini Temuan Peneliti Unesa

Anak Main Game dan Medsos Hingga 41 Jam Seminggu, Begini Temuan Peneliti Unesa

Rama
2025-07-30 13:00:00
Anak Main Game dan Medsos Hingga 41 Jam Seminggu, Begini Temuan Peneliti Unesa
Anak Asyik Bermain Handphone (Foto: Acosta)

Penelitian yang dilakukan oleh Nanik Indahwati, guru besar Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), bersama timnya, mengungkapkan temuan penting terkait kebiasaan penggunaan handphone berlebih atau screen time pada anak usia sekolah menengah pertama (SMP) di Surabaya.

Studi yang dilakukan pada 355 siswa berusia 12–15 tahun sepanjang tahun 2024 ini menunjukkan bahwa durasi screen time yang tinggi dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan fisik, motorik, emosi, maupun mental anak.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata waktu yang dihabiskan anak di depan layar mencapai 5,9 jam per hari, atau setara 41,3 jam per minggu. Mayoritas screen time terjadi pada malam hari (70,7%), disusul sore hari (21,1%), siang hari (7,3%), dan pagi hari (0,8%).

“Sebanyak 91,5% gawai digunakan untuk bermedia sosial dan bermain games, hanya 8,5% yang menggunakannya untuk kepentingan belajar dan bekerja,” beber Nanik Indahwati.

Kondisi ini dinilai memprihatinkan karena screen time yang tinggi berdampak langsung pada pola hidup anak. Anak-anak cenderung lupa waktu makan dan mengalami gangguan pola tidur. Hal ini berujung pada penurunan kesehatan fisik serta ketidakseimbangan emosi.

“Semakin tinggi frekuensi dan durasi anak terpapar layar smartphone atau monitor, maka semakin buruk kondisi kesehatan mentalnya. Anak jadi lupa waktu makan, dan jam atau pola tidurnya pun jadi berantakan. Pola makan dan tidur yang berantakan berpengaruh pada kondisi fisik, dan ketenteraman emosi. Paparan layar yang berlebihan dapat memengaruhi struktur dan fungsi otak, termasuk area yang berkaitan dengan daya pikir, dan kontrol emosi,” lanjut Nanik.

Tak hanya itu, durasi screen time yang berlebihan juga mengurangi waktu anak untuk beraktivitas fisik dan berinteraksi sosial langsung. Padahal, keduanya penting untuk mendukung tumbuh kembang dan keseimbangan emosional anak.

Aktivitas fisik berperan besar dalam pelepasan hormon endorfin yang dapat meningkatkan mood serta menurunkan tingkat stres. Sementara itu, interaksi sosial langsung dibutuhkan anak untuk mengasah keterampilan komunikasi, membangun empati, dan mengelola emosi dengan lebih baik.

Hasil penelitian ini menjadi peringatan bagi orang tua, guru, dan pihak sekolah untuk lebih cermat dalam mengatur dan mengawasi penggunaan gawai oleh anak, demi mendukung tumbuh kembang mereka yang lebih sehat secara fisik, mental, dan sosial.


Share :