Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mematangkan rencana besar untuk menggabungkan atau melakukan merger sejumlah perusahaan negara di awal tahun 2025. Langkah strategis ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi, memperkuat sinergi antarperusahaan, serta memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap perekonomian nasional.
Saat ini, proses penggabungan sedang berlangsung dan terus dipacu agar dapat memenuhi target waktu yang telah ditentukan. Salah satu agenda utama adalah penyelesaian tahapan inbreng saham dari tujuh perusahaan pelat merah yang ditargetkan rampung di awal 2025. Inbreng saham merupakan mekanisme transfer kepemilikan saham dari pemerintah kepada perusahaan holding guna menciptakan sinergi yang lebih kuat di sektor tertentu.
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan rencana untuk mengurangi jumlah perusahaan negara menjadi hanya 30 entitas. Saat ini, Kementerian BUMN juga menargetkan pelaksanaan 45 program unggulan selama lima tahun mendatang.
Salah satu prioritas utama adalah perampingan jumlah perusahaan pelat merah dari 47 menjadi 30. Meski Erick Thohir belum merinci seluruh 45 program tersebut, ia menegaskan bahwa proses perampingan jumlah perusahaan terus berjalan sebagai bagian dari transformasi BUMN.
Adapun beberapa perusahaan yang direncanakan untuk dimerger meliputi:
PT Pelni (Persero) dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) akan digabungkan ke dalam PT Pelindo (Persero).
PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA akan digabungkan ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
Holding BUMN Rumah Sakit direncanakan berada di bawah naungan PT Bio Farma (Persero), yang merupakan induk dari Holding BUMN Farmasi.
Perum Perhutani akan digabungkan dengan Holding Perkebunan Nusantara (PTPN III). Dengan bergabungnya Perhutani di bawah PTPN III, luas lahan yang dikelola perusahaan ini akan mencapai 2,2 juta hektare.
Langkah-langkah merger ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat daya saing perusahaan negara di tingkat nasional maupun global.