Inilah sejumlah fakta terkait hilangnya kapal selam Titan di
Samudera Atlantik, Minggu, 18 Juni 2023. Kapal selam tersebut dioperasikan oleh
OceanGate Expeditions dengan tujuan untuk melakukan tur ke bangkai kapal Titanic.
Para tim penyelamat sedang terus berusaha mencari kapal selam Titan yang hilang sebab persediaan oksigen hanya tersedia 70 jam untuk penjelajahan bangkai Titanic tersebut.
Baca juga: Spesifikasi Kapal Selam Titan yang Ditumpangi Crazy Rich untuk Tur Bangkai Titanic
Kronologi Hilangnya Kapal Selam Titan
Kapal yang memiliki panjang 6,5 meter tersebut mulai turun
pada Minggu pagi waktu setempat. Kapal kemudian dilaporkan hilang kontak dengan
Polar Prince sekitar 1 jam 45 menit setelah turun. Komunikasi terakhir antara
kapal dengan staf di permukaan adalah pukul 11.47.
Penjaga Pantai Amerika Serikat (AS) mengatakan kapal itu
dapat tetap terendam selama 96 jam dan akan memiliki sisa oksigen sekitar 70
jam atau lebih pada Senin sore. Seharusnya, kapal selam Titan kembali muncul ke
permukaan pada 18.10 namun tak ada tanda-tanda hingga 18.35 sehingga staf
menghubungi pihak berwenang.
Biaya Rp 3,7 M per Penumpang
Kapal selam Titan membawa 4 penumpang untuk tur bangkai Titanic
tersebut. Biaya yang dikenakan untuk setiap penumpang adalah 250.000 US Dolar
atau sekitar Rp 3,7 Miliar per orang. Penumpang membutuhkan waktu selama dua
jam dari permukaan untuk turun ke 3.800 m di bawah laut lokasi tenggelamnya
kapal Titanic.
Diisi Para Crazy Rich
Miliarder asal Inggris, Hamish Harding disebut menjadi salah
satu penumpang yang naik di dalam kapal tersebut. Selain itu, Crazy Rich
Pakistan yakni Pengusaha Shahzada Dawood dan putranya, Suleman. Selain itu ada
pula Paul-Henri Nargeolet, seorang penjelajah Prancis berusia 77 tahun dan
Stockton Rush, pendiri dan CEO OceanGate.
Kemungkinan yang Terjadi
Dilansir dari Tempo, Direktur pusat pembuatan kapal dari
Universitas Adelaide Eric Fusil menjelaskan beberapa kemungkinan yakni mati
Listrik, kebakaran, banjir atau lilitan komponen.
Skenario yang paling mungkin terjadi adalah kapal selam Yitan kehilangan daya untuk kembali ke permukaan dan menunggu sampai kru penyelamat menemukan mereka. Meski begitu, upaya penyelamatan sangat beresiko dengan teknologi yang masih terbatas. Bahkan menurut Eric Fusil, lebih mudah menyelamatkan orang di luar angkasa.