Lembaga Survei Indonesia (LSI) memberikan data bahwa
dukungan publik pada kekerasan ekstrem serta intoleransi di Jawa Tengah cenderung rendah. Hal ini terlihat dalam survei yang dilakukan pada 16-29 Mei 2023 lalu
di Jawa Tengah.
Hasil survey tersebut disampaikan LSI dalam acara Pemaparan DISEMINASI TEMUAN SURVEI OPINI PUBLIK “Sikap Publik atas Kekerasan Ekstrem dan Intoleransi dalam Kehidupan Beragama di Jawa Tengah” pada Kamis, 15 Juni 2023.
Baca juga: Survei LSI Terbaru, Prabowo dan Ganjar Pimpin Elektabilitas Capres 2024
Hadir dalam penyampaian hasil survei tersebut Peneliti
Senior LSI Hendro Prasetyo, Ketua Tim Kerja KUB - Kanwil KEMENAG JAWA TENGAH Zaimatul
Chasanah, Dosen Sosilogi UNS Aris Arif Mundayat, hingga Kominsioner Komnas
Perempuan Alimatul Qibtiyah.
Dukungan pada Kekerasan Ekstrem dan Intoleransi di Jateng Rendah
Survei yang dilakukan LSI mengulas seberapa besar dukungan
publik di Jawa Tengah terhadap Kekerasan Ekstrem (KE) dan Organisasi Kekerasan
Ekstrem (OKE) hingga intoleransi.
Hasilnya, publik jawa tengah cenderung tidak setuju adanya Kekerasan Ekstrem pada seluruh kelompok sosial. Meski begitu, terlihat persentase yang cukup besar pada publik yang menilai akan ikut berperang di negara lain dan membela umat agamanya jika dianiaya yakni sekitar 32%. Profil pendukung ini juga lebih banyak berusia 21 tahun ke bawah.
Baca juga: Survei LSI Sebut Masyarakat Puas Kinerja Jokowi, Erick Thohir: Ekonomi Indonesia Sangat Baik
Sementara itu. Indeks intoleransi dalam survei menunjukkan bahwa
mayoritas publik tidak memiliki kelompok yang tidak disukai, khususnya kelompok
agama resmi dan etnis. Di kalangan Muslim Jawa Tengah, intoleransi terhadap
non-Muslim relatif lebih rendah dibandingkan di level nasional. Umumnya Muslim
di Jawa Tengah tidak keberatan jika non- Muslim mendapat hak politik (menjadi
bupati/walikota atau gubernur di wilayah responden) dan religio-kultural
(membangun tempat ibadah dan mengadakan acara keagamaan di linkungansekitar
tempat tinggal).