Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dianggap sebagai "kuda hitam" hingga disebut bisa menjadi penentu kemenangan di pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Hal ini disebutkan oleh Guru Besar Universitas Airlangga (Unair), Hotman Siahaan. Hotman Siahaan menilai sosok Erick Thohir mampu mendongkrak elektabilitas pasangannya di Pilpres 2024.
Sebab menurutnya, siapa pun rekan duetnya, elektabilitas Erick Thohir mampu menopang suara untuk pasangannya.
Baca Juga: Erick Thohir Jadi Pendongkrak Elektabilitas dalam Survei Poltracking
“Yang jelas, siapapun pasangannya nanti, Erick Thohir tetap punya kontribusi elektabilitas,” ucapnya.
Hotman juga menilai Erick Thohir pantas disebut "kuda hitam" dalam Pilpres 2024. Sebab, Erick merupakan figur baru di perpolitikan Indonesia, namun menunjukan kinerja positifnya selama menjadi Menteri BUMN.
“Bisa saja disebut sebagai kuda hitam karena sebagai pendatang baru, beliau langsung melejit popularitas dan elektabilitasnya terutama di Jawa Timur,” ucap Hotman.
Sementara itu, penilaian Hotman ini berdasarkan hasil survei terbaru Poltracking Indonesia. Dimana Poltracking, membuat survei khusus untuk wilayah Jawa Timur mengenai pilihan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Dari hasil survei tersebut, Erick Thohir berada di posisi pertama cawapres 2024. Erick berhasil menungguli sejumlah nama lainnya seperti Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Selain itu, pada simulasi pasangan calon di Pilpres 2024, Erick Thohir juga bisa mendongkrak elektablitas pasangannya.
Pada simulasi pertama, Erick Thohir dipasangkan dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ganjar-Erick berhasil menduduki posisi teratas dengan elektabilitas sebesar 38.1%. Sedangkan, ketika Ganjar dipasangkan dengan kandidat lain, terjadi penurunan elektabilitas sekitar 7.3%.
Baca Juga: Jelang Pilpres 2024, Survei Poltracking Tunjukan Elektabilitas Erick Thohir Melonjak di Jatim
Di simulasi kedua, Erick Thohir dipasangkan dengan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. Duet tersebut berhasil meraih elektabilitas sebesar 20.4%. Sedangkan ketika Prabowo dipasangkan dengan kandidat lain, terjadi penurunan elektabilitas 0.7%.