Fenomena Fomo Verse di Indonesia, Adrian Zakhary: Banyak Orang Ingin Jadi Bagian Mataverse

Fenomena Fomo Verse di Indonesia, Adrian Zakhary: Banyak Orang Ingin Jadi Bagian Mataverse

Dedi Sutiadi
2022-02-13 23:45:00
Fenomena Fomo Verse di Indonesia, Adrian Zakhary: Banyak Orang Ingin Jadi Bagian Mataverse
Adrian Zakhary Pengamat Digital

Fenomena fomo verse disebut beberapa pihak tengah terjadi di Indonesia. Seolah tidak ingin ketinggalan tren kekinian, banyak orang latah ikut-ikutan ikuti tren Metaverse hingga NFT tanpa pengetahuan yang utuh. 

Fenomena Fomo Verse 


Menurut Pengamat Digital Adrian Zakhary fenomena fomo verse yang terjadi di indonesia tidak terlepas dari sifat dasar manusia yang selalu ingin ikuti tren zaman. Adrian menjelaskan bahwa publik merasa ingin ikut andil dan jadi bagian dalam tren terbaru teknologi digital Metaverse. 

"Kenapa sih ada fomo sekarang ini (Fomo Verse)? Kalau dulu waktu awal-awal pandemi (heboh) soal saham, soal kripto. Nah kita bisa lihat lagi, momentum awalnya ketika Meta nya Facebook, itu membuat orang bertanya-tanya dan pengen ngambil bagian, karena Mark Zuckerberg kayak punya visi bahwa 'gua pengen mindahin dunia' ke virtualnya ala mereka," jelas Pengamat Digital Adrian Zakhary dalam acara diskusi virtual pada Minggu malam 13 Februari 2022.  

Baca juga: Luncurkan Baliverse, Adrian Zakhary Sebut Raka Jana Seniman Muda NFT Terbaik    

Fenomena NFT dan Web 3.0


Tren Non-fungible token atau NFT juga belakang terjadi di Indonesia setelah seorang Ghozali berhasil meraup cuan miliaran rupiah dengan menjadikan foto selfie-nya sebagai NFT di OpenSea. Hal ini juga mendorong masyarakat untuk ikuti tren NFT karena merasa tidak mau ketinggalan. Namun menurut Adrian, sebagain masyarakat hanya sekedar ikut-ikutan tanpa memahami secara fundamental soal NFT dan blockchain yang dasarnya adalah Web 3.0. 

"Terus di awal tahun ini ada fenomena Ghozali dengan NFT nya, lalu juga banyak banget orang yang akhirnya makin fomo dengan dunia yang namanya Metaverse dan NFT. Akhirnya bercampurlah, ada yang ngomongin NFT, ada yang ngomongin NFT, ada yang ngomongin blockchain, ada yang ngomongin kripto. yang mana seperti kita udah pahami tadi bahwa kesemuanya itu basic-nya adalah Web 3.0, dimana Web 3.0 tadi punya basic di blockchain tadi," ungkapnya. 

Tiga Teori Metaverse 


Adrian Zakhary lantas menjelaskan tiga teori soal Metaverse yang sedang jadi tren di masyarakat saat ini. Menurutnya ada tiga teori yang berkembang di masyarakat soal Metaverse. Menurut Adrian tiga teori inilah yang perlu dipahami oleh masyarakat sebelum terjun ke Metaverse. 

"Kalau kita ngeliat soal Metaverse ini memang berkembang banyak teori. Ada tiga teori yang mungkin bisa kita ambil, pertama adalah Metaverse itu sebagai sebuah tempat seperti yang ditawarkan Mark Zuckerberg, yang nantinya mungkin akan dikembangkan menjadi sebuah tempat yang terintegrasi menjadi satu dunia baru. Kedua, yang dimaksud Metaverse adalah menyatukan dunia nyata dengan dunia virtual. Ketiga, Metaverse bukan tergantung pada teknologinya tapi The People, jadi apa yang kita jalani selama ini di Web 2.0 atau Web 3.0 itu adalah Metaverse," kata Adrian.       

"Orang-orang sekarang di Indonesia dengan adanya NFT menyatakan bahwa ketika saya bikin NFT, saya sudah masuk ke Metaverse. Kebanyakan teman-teman saya mengatakan bahwa ketika saya sudah hold NFT artinya sudah ready dengan sesuatu yang besar di masa akan datang. Padahal banyak orang yang fomo, takut kehilangan sesuatu. Padahal NFT ini adalah salah satu hal yang akan menuju ke Metaverse dan masih banyak lagi yang lainnya," sambungnya.

Baca juga: Mengenal Sosok Dewa Gede Raka Jana Nuraga Seniman Muda Bali, Adrian Zakhary: NFT Arts Expert   

Peluang Bisnis NFT 


Adrian juga melihat bahwa NFT di publik masih menjadi perdebatan. Namun menurutnya harus diakui bahwa kehadiran NFT ini sangat penting bagi pelaku seni karena karya yang dibuat bisa diapresiasi dengan lebih layak lewat sistem di blockchain. Namun harus diakui, beberapa pihak melihat secara instan bahwa NFT bisa jalan pintas untuk jadi kaya raya. Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia soal NFT. 

"NFT hari ini masih menjadi perdebatan, masih menjadi sebuah obrolan. Perspektif creator, seniman mereka ingin berkarya dan mendapatkan haknya yang lebih baik misalkan seperti royati tadi dibagi di dalam sistem Smart contracts yang ada di blockchain. Dari sisi kolektor awalnya ingin mengoleksi benda seni digital. Jadi banyak orang memanfaatkan peluang NFT ini untuk menjadi kaya mendadak tadi, seperti Ghozali," beber Adrian.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30