Komika Reza atau yang dikenal Coki Pardede ditangkap terkait dugaan penggunaan narkoba jenis sabu. Coki ditangkap aparat Polres Tangerang Kota, Banten, Rabu (1/9/2021) malam. Polisi berhasil mengamankan narkotika jenis sabu.
Saat penangkapan, pihak kepolisian menyita barang bukti jenis sabu. Meski demikian, saat ini pria 33 tahun tersebut masih diperiksa secara intensif oleh penyidik.
Ditangkap Bersama Rekannya
Tak sendiri, Coki Pardede ditangkap oleh polisi bersama rekannya bernama Welly. Welly merupakan seorang ibu rumah tangga yang ditangkap di tempat yang berbeda dari pria kelahiran Jakarta tersebut.
Oleh karena itu, Coki Pardede mengaku mendapat sabu dari rekannya dan telah dikonfirmasi oleh Welly. Ia mengaku memberikan barang haram kepada rekan Tretan Muslim itu.
Sempat Pilih Dipenjara
Sebelum ditangkap terkaitkasus narkoba, komika Coki Pardede mengaku lebih memilih dipenjara karena menyalurkan ekspresinya daripada tak bisa berekspresi sama sekali seumur hidup.
Hal ini karena memang, Coki Pardede sering dianggap sebagai sosok kontroversial karena pilihan komedinya yang gelap. Bahkan beberapa komedi yang dilontarkan oleh Coki Pardede memang kerap menuai pro dan kontra di tengah masyarakat Indonesia.
"Sebenarnya pilihannya cuma dua, konsekuensi berat dari saat kita berekspresi akhirnya kita harus, mungkin worst case scenario harus dipenjara," kata Coki seperti dikutip dilansir dari kanal YouTube PUELLA ID, Kamis (2/9/2021).
"Atau konsekuensi berat satu lagi, di mana kita seumur hidup enggak akan pernah bisa mengekspresikan siapa diri kita sebenarnya," ujarnya lagi. Dari dua pilihan konsekuensi itu, Coki Pardede tanpa ragu memilih pilihan pertama.
Baca Juga: Profil dan Biodata Coki Pardede Lengkap Agama, Komika Ditangkap Karena Kasus Narkoba Jenis Sabu
"Kalau disuruh pilih dua itu, mending yang pertama gue," kata Coki Pardede.
Bahkan dia memiliki cita-cita agar semua orang di Indonesia bisa bebas mengekspresikan diri. Untuk mewujudkan hal tersebut, Dia tak mempermasalahkan apabila dirinya harus menjadi jembatan untuk terjadinya kebebasan berbicara di Indonesia.
"Kan memang harus ada orang-orang yang push boundaries, dan push the limit. Kalau memang gue yang menjadi salah satu orang yang push the limit untuk maju ke sini, ya so be it, enggak apa-apa," ungkapnya.