Gulat okol merupakan tradisi wujud kegembiraan warga atas limpahan hasil bumi dan untuk mempererat persaudaraan. Tradisi yang dinamakan gulat okol ini diselenggarakan setiap perayaan sedekah bumi (tegal deso) di Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya.
Mirip Sumo
Baca Juga: Deratan Senjata Tradisional Sangat Mematikan, Ada dari Indonesia Lho!
Olahraga ini memang sekilas mirip sumo di Jepang, hal itu karena para pegulat diharuskan memakai selendang yang dilingkarkan di bagian tubuh. Selendang inilah yang akan digunakan untuk menjatuhkan satu sama lain dalam gulat okol.
Selain dengan bantuan selendang, para peserta dilarang menjatuhkan lawan dengan cara lain. Bahkan peserta yang memiliki kuku panjang juga harus dipotong terlebih dahulu. Peserta dijamin keselamatannya karena arena gulat beralaskan jerami. Hal ini ditujukan agar pegulat yang terjatuh atau berguling-guling tidak akan merasakan sakit.
Ritual gulat ini awalnya dilaksanakan di area persawahan. Namun, kini Gulat Okol digelar di panggung dengan matras dari karung goni yang pada bagian bawahnya diletakkan jerami demi keamanan. Arena gulat sendiri memiliki ukuran 6 meter x 8 meter, dibuat seperti ring tinju dengan dua sudut, di sekeliling panggung diberi tali tambang besar.
Baca Juga: Ini Beberapa Kesenian Tradisional di Indonesia yang Bernuansa Mistis
Di Iringi dengan Musik Jawa
Sebagai pengantar para peserta Gulat Okol naik ke atas arena, ada alunan gending becek yang mengiringinya. Irama musik ini semakin menambah keceriaan dan semangat peserta Gulat Okol maupun para penonton yang menyaksikan.
Tradisi yang digelar satu tahun sekali itu biasanya berlangsung antara bulan September sampai Oktober. Para peserta Gulat Okol selalu beragam, mulai dari anak-anak sampai ibu-ibu rumah tangga.
Baca Juga: Merinding! Alat Musik Tradisional di Indonesia Ini Bisa Menanggil Arwah, Benarkah?
Filosofi Gulat Okol
Gulat okol memiliki filosofi tersendiri bagi warga di Surabaya. Olahraga ini telah menjadi tradisi yang terus dilestarikan secara turun-temurun untuk menjaga tali silaturahmi sesama warga desa di kawasan Surabaya tersebut.
Dulu ceritanya, sembari menunggu angon kerbau, sapi dan kambing di sawah, para warga menghabiskan waktu dengan cara bergulat di atas jerami usai panen. Bahkan penggunaan selendang memiliki arti khusus bagi mereka. Selendang memiliki arti persahabatan yang erat.
Antusiasme warga terhadap gulat okol selalu meningkat tiap tahunnya. Pesertanya tak hanya berasal dari Kelurahan Made, tetapi juga warga dari daerah lain. Tahun lalu misalnya, ada 40 pertarungan gulat okol. Para peserta tidak hanya dari kalangan pria dewasa, tetapi juga anak-anak dan bahkan ibu-ibu.