Sosok dan Fakta Lengkap Kolonel Laut Iwa Kartiwa, Mantan Komandan KRI Nanggala 402 Jual Rumah dan Tinggal di Gang Sempit

Sosok dan Fakta Lengkap Kolonel Laut Iwa Kartiwa, Mantan Komandan KRI Nanggala 402 Jual Rumah dan Tinggal di Gang Sempit

Ekel Suranta Sembiring
2021-05-02 01:25:25
Sosok dan Fakta Lengkap Kolonel Laut Iwa Kartiwa, Mantan Komandan KRI Nanggala 402 Jual Rumah dan Tinggal di Gang Sempit
Kolonel Laut (P) Iwa Kartiwa, mantan komandan KRI Nanggala-402 serta Satuan Kapal Selam Koarmabar II TNI AL. (foto: berbagai sumber)

Kolonel Laut (P) Iwa Kartiwa namanya sempat jadi perbincangan hangat publik setelah tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di Laut Bali Utara. Pasalnya, sosoknya dikenal sebagai mantan komandan KRI Nanggala-402 serta Satuan Kapal Selam Koarmabar II TNI AL.

Sosok adik kandung kelima dari mantan Kapolda Jawa Barat Inspektur Jenderal (Irjen) Purnawirawan Anton Charliya itu juga dikenal sebagai penakluk seluruh kapal selam milik Indonesia.

Baca Juga: Fakta-fakta Lengkap Aset Keluarga Presiden Soeharto Mulai Disita Negara

Namun, Kolonel Laut (P) Iwa Kartiwa dikabarkan kondisinya saat ini terbaring lemas dan tak bisa bicara karena puluhan tahun terkena radiasi serbuk besi saat menjalankan tugas di kapal selam.

Berikut fakta lengkap Kolonel Laut (P) Iwa Kartiwa mantan Komandan KRI Nanggala 402 yang dirangkum Correcto.id dari berbagai sumber:

Baca Juga: Ini Perbandingan Angka Kemiskinan Indonesia Era SBY dan Jokowi Menurut Cerita Mahfud MD

1. Sakit selama puluhan tahun

Iwa Kartiwa dikabarkan telah sakit selama puluhan tahun. Ia menderita paru-paru karena selalu menghirup bubuk besi di dalam kapal selam. Saat ini, mantan komandan KRI Nanggala 402 itu hanya bisa terbaring di ranjang dan sulit berbicara.

2. Jual rumah untuk berobat dan tingal di gang sempit

Menurut cerita mertua Iwa bernama Heni Hunaeni, Iwa sebelum inggal di gang kecil, Iwa memiliki rumah pribadi daerah Parakan Honje (Parhon) Indihiang. Namun rumah tersebut dijual beberapa tahun lalu untuk biaya berobat sang kolonel. 

"Kalau rumahnya dulu ada tapi bukan di Jati, di Parhon itu. Itu sudah lama dijual untuk berobat Pak," kata Heni.

3. Belum pensiun

Menurut penjelasan Heni, menantunya masih aktif dan berpangkat kolonel dan masih 6 tahun lagi bertugas sebelum pensiun. Untuk itu ia berharap agar Iwa kembali sehat dan bisa membesarkan tiga anaknya yang masih kecil-kecil. 

"Masih aktif, belum pensiun, masih 6 tahunan lagi," tukas dia.

4. Gadaikan hidup dengan maut

Mantan Kapolda Jawa Barat Inspektur Jenderal (Irjen) Purnawirawan Anton Charliyan yang merupakan abang kandung Iwa mengatakan, Iwa dan teman-temannya adalah orang yang gadaikan hidupnya langsung selama bertugas di kapal selam.

Saat mendengar insiden KRI Nanggala-402, Anto mengaku dirinya dan sang adik menangis karena tahu risiko pasukan khusus kapal selam itu menggadaikan hidupnya dengan maut. 

"Mereka sudah tahu risiko pasukan khusus kapal selam itu gadaikan hidupnya dengan maut," jelas Anton.

Ia mengaku mengetahui betul kondisi Iwa dan rekannya-rekannya karena mereka sering bekumpul dan berbagi cerita. Menurutnya pasukan khusus kapal selam mengetahui risiko saat menyelam di bawah lautan dengan kapal selam. 

"Tapi kalau kapal selam itu mereka tahu saat sudah masuk dan bertugas tidak ada celah untuk selamat jika sedang berada di dalam air. Di kapal selam itu, personel keluar langsung pecah tubuhnya karena tekanan air bawah laut. Kalau mesin mati langsung tidak bisa selamat," ujar Anton.

5. Rajin puasa Senin dan Kamis

Anto bercerita dulu sempat merasa heran saat adik dan rekan-rekannya yang bertugas sebagai pasukan khusus kapal selam rajin berpuasa sunah Senin dan Kamis. Selain itu mereka juga selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. 

"Mereka gadaikan hidup dengan maut. Mereka kenapa lagi dinas puasa terus senin-kamis, saya baru tahu alasannya mungkin saat berdinas berhadapan dengan maut." 

"Maka saat kejadian itu nangis di rumah meski sedang sakit didampingi saya. Dulu katanya jumlahnya 150 orang, sekarang ada 300 orang pasukan khusus kapal selam di Indonesia," ujar dia. 

Anton berharap, pemerintah supaya bisa lebih memerhatikan para anggota pasukan khusus kapal selam yang selama ini mendedikasikan jiwa raganya bagi Negara dalam menjaga kedaulatan. 

"Mereka memang paling tidak ada celah di saat ada masalah kapal selam sedang bertugas di bawah laut. Berbeda dengan pasukan-pasukan khusus lainnya yang masih ada peluang untuk menyelamatkan diri," pungkasnya.

Baca Juga: Ustaz Yusuf Mansur Sebut Tidak Mudik Akan Dapat Pahala Malam Lailatul Qadar

6. Mengusap kapal selam sebelum berlayar

Momoh Fatimah (83) ibu kandung Iwa Kartiwa bercerita, saat hendak berangkat bertugas, Iwa selalu meminta izin dan restu kepada orang tua agar diberi kelancaran dan keselamatan. 

Iwa pun mengaku selalu memeriksa detail kapal selam yang akan dikendalikannya bersama seluruh kru sampai tak lupa mengusap-usap badan kapal selam. 

"Iwa kalau mau berangkat berlayar selalu mengusap-usap kapal selamnya. Karena kapal selam dan krunya diyakini memiliki ikatan yang tak bisa dijabarkan katanya," tambah dia.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30