Junta militer makin sadis Myanmar menghadapi kecaman Internasional baru pada Jumat atas kematian lebih dari 40 anak dan "penghilangan paksa" ratusan orang dalam tindakan kerasnya terhadap protes pro-demokrasi.
Seperti dilansir AFP, Jumat 2 April 2021 menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sejak kudeta dua bulan lalu, sedikitnya 543 warga sipil tewas, termasuk 44 anak-anak.
Selain membubarkan protes dengan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam, pasukan keamanan telah menahan sekitar 2.700 orang.
Baca Juga: Dalam Sehari Densus 88 Tangkap Dua Orang Terduga Teroris di Surabaya dan Tuban
Kekerasan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, Save the Children mengatakan jumlah kematian anak-anak meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 12 hari terakhir.
"Kami terkejut bahwa anak-anak terus menjadi sasaran serangan fatal ini, meskipun ada seruan berulang kali untuk melindungi anak-anak dari bahaya," kata badan amal itu dalam sebuah pernyataan.
"Sangat mengerikan bahwa beberapa anak dilaporkan dibunuh di rumah, di mana mereka seharusnya aman dari bahaya."
Lebih lanjut pihak berwenang telah melakukan banyak penangkapan selama penggerebekan malam hari di rumah orang-orang yang dicurigai mendukung demonstrasi atau gerakan pembangkangan sipil yang bertujuan menghentikan militer menjalankan negara.
Disisi lain Human Rights Watch mengatakan junta militer telah "secara paksa menghilangkan" ratusan orang, menolak untuk mengkonfirmasi lokasi mereka atau mengizinkan akses ke pengacara.
"Penggunaan penangkapan sewenang-wenang dan penghilangan paksa oleh junta militer secara luas tampaknya dirancang untuk menimbulkan ketakutan di hati para pengunjuk rasa anti-kudeta," kata direktur HRW Asia, Brad Adams.
Baca Juga: Kronologi Lengkap Pengendara Fortuner Acungkan Pistol di Duren Sawit, Sebelumnya Senggol Pemotor
"Pemerintah yang peduli harus menuntut pembebasan semua orang yang hilang dan menjatuhkan sanksi ekonomi yang ditargetkan terhadap para pemimpin junta untuk akhirnya meminta pertanggungjawaban aksi militer yang kejam ini," tambahnya.
Kemarahan dari kekuatan dunia meningkat seiring kekerasan yang masif, dan pada Kamis, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat.
"menyatakan keprihatinan yang mendalam pada situasi yang memburuk dengan cepat", mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai.