Pelaku bom bunuh diri di Gereja Kategral, Makassar telah terungkap. Dimana pelakunya diduga suami istri yang baru menikah. Mereka mengendarai sebuah motor matic bernomor polisi DD 5984 MD saat menjalankan aksinya.
Polisi mengatakan, pelaku yang merupakan laki-laki dan perempuan itu masing-masing berinisial L dan YSF. Dalam hal ini, polisi masih melakukan penggeledahan di sejumlah tempat lain untuk mencari barang bukti. Termasuk rumah pelaku.
Berikut beberapa fakta terkait pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar:
1. Pelaku baru menikah 7 bulan
Pelaku bom bunuh diri yang merupakan laki-laki dan perempuan itu masing-masing berinisial L dan YSF ternyata baru menikah 7 bulan. Kedua pasutri ini berbisnis dengan berjualan secara online usai menikah. Hal ini disampaikan oleh ibu kandung dari pelaku wanita.
"(Menikah) 7 bulan lalu. (Kegiatan) jualan online, saya tahu dia jualan online dan suaminya yang antar makanan," ujar ibu kandung dari pelaku bom bunuh diri, EM, Senin (29/3/2021).
2. Pelaku bom bunuh diri pakai motor yang sudah ditarik debt collector saat menjalankan aksi
Sebuah foto memperlihatkan sedang mengendarai sepeda motor matic bernomor polisi DD 5984 MD dan membonceng soarang wanita sempat beredar luas di media sosial. Ternyata motor yang dikendarai pelaku sudah ditarik debt collector.
Mengutip Tribun Timur, motor tersebut diketahui atas nama Hasniawati. Ia beralamat di Pampang, Kecamatan Panakukang, Makassar. Hasniawati sendiri merupakan kakak kandung Adi Kurniawan, honorer DPRD Sulawesi Selatan.
Diketahui, motor matic milik Hasniawati itu telah ditarik debt collector pada 2015 silam.
3. Pelaku berasal dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD)
Berdasarkan keterangan Jenderal Listyo Sigit, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral yang berjumlah dua orang itu berasal dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
"Pelaku merupakan bagian dari kelompok JAD," kata Jendral Listyo Sigit, Minggu (28/3/2021).
Mantan Kepala Bareskrim Polri itu melanjutkan, menurutnya sepak terjang pelaku bom bunuh diri itu juga pernah melancarkan aksinya melakukan pengeboman di Filipina.
"Pelaku juga pernah melakukan pengeboman di Jolo Filipina," ucap Kapolri Listyo Sigit.
4. Pelaku sebelun menjalankan aksinya ternyata dalam pengejaran aparat
Pelaku bom bunuh diri di gerbang Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan merupakan terduga teroris yang sebelumnya tengah dalam pengejaran aparat penegak hukum.
Indikasi aksi terorisme di Makassar sudah terpantau sejak tahun 2015 ketika ada ratusan orang dibaiat ISIS di Sudiang, Sulawesi Selatan.
Hal ini disampaikan Deputi VII Bidang Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto pada Senin (29/02/2021).
"Pelaku kasus bom bunuh diri di Gereja Katedral sebelumnya memang dalam pengejaran aparat keamanan. Masih ada beberapa yang belum tertangkap dan terus dalam pengejaran," kata Wawan dalam keterangannya.
Pada Januari 2021, Densus 88 Polri bersama Polda Sulsel menangkap 20 terduga teroris terkait Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
"Mereka terlibat pendanaan pelaku bom bunuh diri di Filipina, fasilitator pelarian Andi Baso, terduga pelaku pengeboman gereja Oikomene Samarinda 2017," tutur Wawan.
Baca Juga: Kilang Pertamina Balongan Indramayu Kebakaran, Keadaan Sudah Normal Meski Api Belum Padam
5. Pelaku belajar buat bom dari via online
Pelaku pengeboman sebelum menjalankan aksi ternyata sempat belajar buat bom dari daring atau online. Hal ini disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Boy Rafli Amar pada Senin (29/3/2021).
"Ada informasi ini juga berkaitan dengan online training di media sosial yang dikembangkan oleh mereka. Jadi mereka mengembangkan tata cara pembuatan bahan peledak," ujar Boy Rafli Amar yang dikutip dari Detik.com.
Dalam pelatihan pembuatan bom daring itu, Boy menyebut ada narasumber yang pernah berlatih di kelas mancanegara.
"Ada beberapa narasumber senior mereka yang pernah berlatih di luar negeri, ini bisa seperti ini, jadi ideologi ini terus dikembangkan oleh kelompok-kelompok radikal terorisme, jadi kita sama-sama cegah," ucap Boy.