Sejarah lengkap 72 tahun serangan umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
Serangan 1 Maret terjadilah serbuan militer kilat oleh pasukan Republik terhadap pos-pos Belanda yang kelak tercatat secara spesial dalam sejarah Indonesia.
Momen tersebut sekaligus menjadi bukti perjuangan para pahlawan Indonesia. Untuk mengenang peristiwa bersejarah sekaligus kegigihan para pahlawan Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Lengkap Ditetapkannya 22 Februari Sebagai Hari Baden Powell, atau Bapak Pramuka Sedunia
Pada 19 Desember 1948, Belanda membelot dari perjanjian Renville dan melancarkan Agresi Militer Belanda II. Dalam aksinya tersebut, Belanda berhasil menaklukan ibu kota Yogyakarta dan menangkap pimpinan pemerintah Indonesia.
Setelah terjadinya Agresi Militer Belanda II, Kota Yogyakarta menjadi kacau. Peristiwa tersebut menelan banyak korban jiwa dari kalangan militer dan sipil.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX pun geram atas peristiwa tersebut, ia lantas menghubungi Jenderal Sudirman untuk mendiskusikan operasi militer melawan Belanda di Yogyakarta.
Atas respons dari peristiwa tersebut, bangsa Indonesia membalasnya dengan melancarkan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Pada tanggal itulah pasukan gabungan tentara dan laskar Indonesia melakukan serangan umum ke seluruh penjuru Kota Yogyakarta. Dalam praktiknya, Soeharto memimpin serangan dari barat menuju Malioboro.
Sedangkan Letkol ol Ventje Sumual memimpin serangan dari arah timur, Mayor Sardjono dari arah Selatan, dan Mayor Kusno dari arah Utara.
Benar saja, serangan ini berhasil memukul mundur pasukan Belanda dan pasukan Indonesia berhasil merebut kembali Kota Yogyakarta hanya dalam waktu 6 jam.
Meskipun, ketika pasukan Belanda kembali menyerang, pasukan Indonesia terpaksa mundur agar tidak ada lagi korban jiwa sekaligus menyusun strategi lanjutan.
Baca Juga: Sejarah Lengkap Perayaan Cap Go Meh, Penutupan Tahun Baru Imlek
Rupanya dalam peristiwa tersebut terdapat sejumlah kontroversi terkait peran Soeharto dalam peristiwa tersebut. Menurut sebagian catatan sejarah, Soeharto menjadi inisiator dan pimpinan pertempuran. Namun, hal itu berkebalikan dengan kesaksian Abdul Latief, anak buah Soeharto.
Dalam buku berjudul 'Laporan tentang Dewan Jenderal kepada Jenderal Soeharto', ia menjelaskan bahwa Soeharto sedang bersantai menyantap makan soto babat bersama pengawal dan ajudannya.