Jembatan Plengkung yang berada di Desa Karangdowo, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, menyimpan cerita misteri tentang keberadaan sosok Mbah Kartubi.
Bendem warga sekitar mengatakan, di jembatan itu sudah pernah dipasang penerangan, tapi tidak lama pasti mati.
Bendem hafal betul kisah Jembatan Plengkung. Karena memang asli warga setempat. Mengutip cerita dari kakeknya, Jembatan Plengkung dibangun hanya dalam waktu semalam. Berkat kehebatan tokoh Den Bagus Songeb. “Karena kehebatan seorang Den Bagus Songeb,” katanya.
Baca Juga: Cerita Misteri Kuburan di TPU Tikungan Tugurejo Semarang, Dihuni Gaib dan Sering Terjadi Kecelakaan
Den Bagus Songeb, kata Bendem, adalah alim ulama. Sementara Songeb salah satu leluhur Desa Karangdowo. “Mungkin nama aslinya Syuaib, tapi karena lidah orang sini jadi Songeb,” jelasnya.
Ketika itu, lanjut Bendem, Belanda sudah memaksa. Sangking cintanya dengan warga, Songeb menggunakan karomahnya agar orang-orang tidak menderita. Songeb memerintahkan semua warga tidur semalam. Setelah bangun, jembatan itu sudah jadi.
“Tetapi ketika bangun tidur, semua orang merasakan capek. Badan seperti baru saja bekerja berat,” tuturnya.
Kata Bendem, itu karena sebenarnya orang-orang ikut bekerja membangun jembatan. Namun bukan raga mereka yang bekerja, melainkan sukma.
“Mungkin rasanya hanya tidur semalam. Padahal sangat lama sampai jembatan itu jadi,” ucapnya.
Kehebatan Den Bagus Songeb tak sampai di sana. Bendem menuturkan, Songeb juga mengundang jin dari Baghdad, Irak, untuk menjaga jembatan. Namanya Mbah Kartubi.
Baca Juga: Cerita Misteri di Palang Sepur Purwosari, Konon Ada Siluman Ular Kerap Menampakkan Diri
“Saya merinding. Lihat ini!” kata Bendem.
Bendem mengaku pernah berjumpa dengan Jin Kartubi secara tak sengaja. Seingatnya itu terjadi tahun 90-an.
Saat itu, malam-malam, Bendem sedang ngubuk (mencari ikan wader kawin, yang lebih mudah ditangkap karena pasti naik ke permukaan pinggir sungai).
Ia menyisir parit dari Rengas hingga Karangdowo. Sampai di irigasi Jembatan Plengkung, ia mendapati apa yang ia cari. Setelah hendak menjaring, ia melihat telapak kaki manusia.
“Besar sekali. Penglihatan saya arahkan ke atas, ternyata kaki. Sampai ke atas, ternyata Mbah Kartubi sedang duduk di lengkungan jembatan,” tutur Bendem.
Kali ini suaranya ngos-ngosan. Bibirnya bergetar. Saat itu ia kaget. Tapi tidak lari. Namun tak berani menatap ke atas. Kemudian pergi meninggalkan lokasi. Berjalan agak cepat.
“Karena sebelumnya saya sudah diberitahu orang tua soal Mbah Kartubi. Dia baik. Tidak mengganggu. Kalau anak muda sekarang bilang, ‘tidak resek’,” katanya.
Mbah Kartubi memang diundang Den Bagus Songeb untuk menjaga Jembatan Plengkung dari tangan-tangan tak bertanggung jawab. Sebab, jembatan ini akan mengairi sawah-sawah anak cucu Den Bagus Songeb.
Baca Juga: Cerita Mistis Bendungan Pintu Air 10 Tengerang, Dihuni Makhluk Halus yang Suka Mengikuti ke Rumah
“Kata kakek dan buyut saya seperti itu. Makanya kami harus bisa hidup berdampingan dengan Mbah Kartubi,” ucapnya.
Tentang Mbah Kartubi juga disampaikan Roni, warga yang tinggal di rumah paling dekat dengan jembatan. Roni adalah cucu H Wahyudi, sesepuh setempat yang mengetahui detail tentang Jembatan Plengkung. Wahyudi sudah meninggal tiga bulan lalu.
“Kata kakek, tempat Mbah Kartubi yakni di lengkungan jembatan. Duduk di sana,” kata Roni.
Ia sendiri belum pernah melihat Mbah Kartubi. Namun pernah suatu ketika ia mimpi bertemu perempuan di belakang rumahnya.
“Perempuan itu nyuruh saya membersihkan sampah di belakang rumah. Pesannya baik, biar sampah tidak masuk sungai,” ujarnya.
Faizin, adik ipar Roni, juga pernah mengalami keanehan. Pernah suatu malam mendengar suara gamelan dari seberang jembatan. Ia keluar, tetapi tidak ada apa-apa. Ia malah menjumpai seorang pedagang jenang melintas dari arah jembatan.
“Saya tanya dari mana? Dia jawab, habis jualan di pertunjukan wayang. Saya tanya lagi, di mana ada wayang? Katanya itu di seberang jembatan. Tapi saya betul-betul tidak melihat. Tidak ada riuh apa pun di sana. Akhirnya saya masuk rumah lagi tanpa peduli pedagang jenang itu,” ungkapnya.
Sumber: Jawa Pos