Cerita Mistis Best Porter Pendaki Gunung Lawu, Didekati Sosok Makhluk Gaib ini

Cerita Mistis Best Porter Pendaki Gunung Lawu, Didekati Sosok Makhluk Gaib ini

Ekel Suranta Sembiring
2020-12-17 23:00:21
Cerita Mistis Best Porter Pendaki Gunung Lawu, Didekati Sosok Makhluk Gaib ini
Gunung Lawu (foto: Kompas.com)

Gunung Lawu yang berada di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, merupakan salah satu gunung yang terlihat megah. Dibalik itu beberapa pendaki menuai cerita mistis.

Seperti salah satu warga bernama Purharyanto pernah mengalaminya kejadian janggal selama menjadi porter maupun guide (penunjuk arah). 

Warga Gondosuli Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar itu menjadi porter dan guide sejak 2006 lalu.

Baca Juga: Kisah Mistis Pendaki di Gunung Raung, Dipercaya Disesatkan Makhluk Halus Selama 6 Jam

Pengalaman naik gunung bersama almarhum ayahnya menjadi bekal awal sebelum menjadi porter. Saat itu usianya sekitar 10 tahun.

Menjadi porter bagi ayah satu anak itu hanya menjadi sampingan saja.

Tepatnya pada 2007, laki-laki yang akrab disapa Best itu kemudian masuk komunitas pecinta alam, Anak Gunung Lawu (AGL).

Mulai dari magang hingga mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) selang beberapa tahun kemudian.

Keahlian menjadi porter semakin terasah semenjak bergabung ke dalam komunitas tersebut.

Membawa barang dengan berat 25 Kg-30 Kg menjadi hal biasa baginya. 

Dalam kondisi normal atau santai, dari basecamp sampai puncak gunung dapat ditempuh dengan estimasi waktu 7-8 jam.

Dirinya kerap mendampingi para pendaki menuju ke puncak melalui jalur Cemoro Kandang.

Seperti aturan di setiap pos pendakian pada umumnya, brefing serta berdoa menjadi kebiasaan sebelum memulai pendakian. 

Berbagai larangan seperti membuah sampah sembarangan, larangan vandalisme dan lainnya disampaikan kepada para pendaki. Begitu juga aturan yang dipercayai oleh masyarakat sekitar.

Seperti perempuan datang bulan dianjurkan tidak naik gunung dan dianjurkan tidak mengenakan pakaian hijau pupus saat melakukan pendakian.

Namun ada saja pendaki yang melanggar aturan. 

Semisal sudah kasih peraturan yang ada di sini tapi pendaki itu melanggarnya. Saat dijalan pasti ada kecelakaan. Dari hal kecil seperti susah jalan. Bahkan ada yang sampai kesurupan.

Di gunung manapun kalau aturan dilanggar pasti ada halangan terendiri.

Selain menjadi porter pendaki pada umumnya, Best juga menjadi porter serta guide bagi para pendaki ritual.

Baca Juga: Kisah Mistis Komunitas Katolik saat makrab di Gunung Salak

Kejadian janggal serta beresiko tinggi kerap dialaminya saat menjadi porter pendaki ritual dibandingkan dengan pendaki pada umumnya. 

Pertama kali itu bawa rombongan dari Magetan. Dua orang. Pendaki ritual itu biasanya niatnya naik ke Hargo Dalem dan Sendang Derajat.

Mereka biasanya punya nazar, kalau doa terkabul bawa persembahan sebagai wujud terimakasih. Ada kambing, panggang tumpeng , terangnya.

Menurutnya menjadi porter pendaki ritual menjadi pengalaman berkesan sekaligus paling beresiko.

Menarik kambing menyusuri jalur pendakian bukan perkara mudah.

Pasalnya hewan liar di Gunung Lawu ini masih ada seperti macan tutul. Rasa was-was dan merinding tentu ada selama perjalanan.

Paling berat di jalan. Namanya bawa kambing, hewan liar di sini masih ada.

"Macan tutul. Itu meinding bawanya. Setiap terdengar geraman, kambing itu diam, tidak mau jalan. Ya terpaksa digendiong sampai atas. Kadang tak masukan ke bagor," ucapnya.

Dia menceritakan pernah mengalami kejadian mistis saat mengantar pendaki ritual asal Bogor.

Pendaki asal Bogor itu membawa kambing sebagai bentuk ucapan terimakasih setelah doanya terkabul.

Biasanya setelah disembelih potongan daging kambing, bagian kaki, ekor dan hati diletakkan di Hargo Dalem.

"Sempat nginep di pos bayangan. Kambing disembelih di situ dan daging di bawa ke atas. Tahu-tahu ada seperti orang naik kuda tanpa kepala. Kepalanya ditenteng. Saya sampai teriak. Bos yang tidur ditenda sampai terbangun. Saya tidak, saya tidak bisa jawab. Saya tidak berani menongok dan hanya menunduk. Ditanya lagi, ada apa. Enek uwong marani aku (ada orang medatangi saya), uwong numpak jaran (orang naik kuda). Uwis ojo tekok wae (sudah jangan tanya terus)," kenangnya.

Lebih lanjut, kejadian janggal itu baru saya ceritakan kembali saat keesokan harinya. Kejadian itu bukan hanya sekali dialaminya.

Selain itu saat mengantar pendaki lain asal Bogor, dirinya juga sempat mengalami kejadian janggal lain saat berada di dalam tenda.

Baca Juga: Kisah Misteri Sosok Neng Syarifah Sinden Cantik Penghuni Kawasan Gentong

Tenda itu didirikan di depan warung yang berada di jalur menuju puncak.

Saat itu pendaki yang bersamanya bertanya, apakah mendengar suara orang berjalan layaknya seorang prajurit.

Best tidak terlalu menanggapi apa yang ditanyakan dan meminta pendaki itu supaya tidur saja.

“Setelah bilang begitu, pukul 24.00. Ada yang mengitari tenda sambil mengetuk tenda. Bayangan hitam. Saya kemudian main handphone dan mendengarkan musik (lagu), tuturnya.

Selama menjadi porter maupun guide, pengalaman mistis kerap dialami Best saat mengantar pendaki ritual dari pada pendaki biasa pada umunya yang sekedar menikmati keindahan alam sembari berswa foto.

Dia mengungkapkan, pengalaman menjadi porter yang paling berkesan selama ini ialah ikut mengantar anak dari putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ibas dan AHY saat naik ke puncak Gunung Lawu.


Share :