Berbagai negara di Dunia pastinya banyak dihuni berbagai suku yang memiliki kebudayaan, cara pandang hidup, hingga tradisi yang luar biasa menarik dan unik.
Meskipun terkadang sebuah suku tertentu mempunyai cara pandang hidup yang sangat bertolak belakang dari masyarakat modern, tetapi justru fakta itulah yang membuat suku-suku tersebut terlihat super menarik.
1. Suku Surma di Ethiopia
Suku Surma di Ethiopia (foto: IDN Times)
Pada dasarnya masyarakat Surma terdiri dari tiga grup etnis, yaitu Mursi, Suri, dan Mekan. Namun, suku Suri dan Mursi yang kerap menyedot perhatian warga dunia lantaran standar kecantikan tidak biasa yang mereka anut.
Berbeda dari masyarakat luar pada umumya, patokan cantik wanita-wanita Suri dan Mursi ditentukan oleh seberapa lebar 'lip plate' atau semacam piringan/pelat bibir yang mereka pasang di mulut mereka. Jadi, semakin besar 'lip plate' yang terpasang di bibir seorang wanita, maka semakin cantik pula wanita tersebut di mata masyarakat setempat.
Sementara 'lip plate' pada umumnya terbuat dari tanah liat atau kayu yang berukuran antara 4 hingga 25 cm. Cara untuk memasang 'alat kecantikan' ini terbilang bikin ngilu. Sebelum disisipkan ke bibir, dua hingga empat gigi harus dicabut terlebih dahulu. Tidak hanya itu, bibir bagian bawah si gadis juga harus dipotong agar bisa renggang.
Baca Juga: 5 Pohon Unik di Dunia, Sudah Pernah Lihat?
2. Suku Kreung di Kamboja
Suku Kreung di Kamboja (foto: Tribunnews)
Media internasional kerap mengulas salah satu suku paling minoritas di wilayah sebelah timur laut Kamboja, suku Kreung. Pasalnya, suku Kreung memiliki budaya yang teramat unik. Di mana para warganya akan membangun sebuah 'pondok gadis' atau 'pondok cinta' untuk anak-anak perempuan mereka yang sudah mencapai akil baliq atau sudah menginjak usia sekitar 12 tahun.
Di 'pondok cinta' inilah, para remaja putri akan tinggal dan bermalam dengan sebanyak-banyak pemuda yang mereka inginkan. Bahkan, para orang tua dengan semangat akan mendorong anak-anak gadis mereka untuk menjalin cinta dan berhubungan seksual dengan pria yang berbeda-beda sampai mereka akhirnya mendapatkan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup.
Meskipun terlihat janggal bagi masyarakat awam, tetapi bagi suku Kreung, 'pondok gadis' adalah cara terbaik bagi para anak gadis mereka dalam menemukan cinta sejati. Bagi suku Kamboja ini, kemandirian seorang gadis dalam masalah seksualitas serta cinta adalah rahasia untuk membentuk hubungan cinta yang tahan lama.
Menariknya, walaupun terkesan melegalkan 'free sex', tetapi, para ahli justru menemukan fakta bahwa suku Kreung adalah sebuah masyarakat yang 'romantis' dan jauh dari kasus perceraian hingga pelecehan seksual.
3. Suku Korowai di Papua
Suku Korowai di Papua (foto: reportersatu.com)
Suku Korowai merupakan salah satu suku di dunia yang masih mendiami hutan serta dikenal akan budaya kanibalismenya. Sebagai suku yang masih melestarikan kanibalisme, para traveller, ilmuwan, hingga media pun tidak henti-hentinnya mengulas serta meliput budaya suku Korowai yang berada di wilayah pedalaman Papua Barat (berbatasan langsung dengan Papua Nugini).
Bagi orang-orang Korowai, tewas akibat jatuh dari pohon atau peperangan adalah sebab kematian yang jelas. Namun, suku Korowai belum sepenuhnya mengerti adanya kematian yang disebabkan oleh mikroba atau kuman. Kematian akibat penyakit tertentu akan mereka anggap sebagai kematian misterius yang disebabkan oleh 'khakhua', yaitu seorang penyihir yang berasal dari dunia kegelapan.
'Khakhua' ini kemudian dianggap telah memakan tubuh warga yang sakit. Dan sebagai semacam balas dendam yang adil, suku Korowai pun memakan tubuh temannya yang dianggap sudah dikonsumsi oleh 'khakhua'.
Sementara, berdasarkan kesaksian salah satu jurnalis media ternama asal Kanada, Vice, orang-orang suku Korowai pasti akan memakan teman mereka yang mereka anggap dirasuki khakhua. Dengan cara memasaknya seperti layaknya memasak daging babi, yaitu dibungkus daun pisang dan dikukus. Para suku Korowai ini juga diketahui akan memakan semua bagian tubuh, kecuali rambut, kuku, dan penis.
Baca Juga: 5 Jenis Kucing Unik di Dunia, Lucu dan Cocok Dipelihara
4. Suku Himba di Namibia
Suku Himba di Namibia (foto: Grid.id)
Bisa dibilang, Afrika adalah 'surganya' bagi suku-suku unik di dunia, dan Himba adalah salah satunya. Suku yang terletak di Namibia ini pun tersohor karena kebudayaan melumuri tubuh mereka dengan 'otijze', yaitu semacam krim berwarna merah yang terbuat dari batu oker yang dihaluskan.
Krim baru oker ini pun benar-benar dibalurkan ke seluruh tubuh, termasuk bagian wajah hingga rambut serta kulit kepala. Bagi orang-orang Himba, krim merah ini berguna untuk melindungi kulit mereka dari gigitan serangga, melembapkan dan membersihkan kulit, serta berfungsi menjadi semacam sunscreen atau tabir surya.
Uniknya, para gadis suku Himba yang sudah menginjak masa pubertas akan melengkapi tatanan rambut mereka dengan 'Erembe', yaitu semacam mahkota yang terbuat dari kulit sapi atau kambing hingga mereka meninggal. Tidak hanya itu, para wanita Himba juga diketahui dilarang mandi dan mencuci pakaian mereka dengan menggunakan air.
Sebagai gantinya, para wanita ini akan membersihkan diri dengan memanfaatkan kepulan asap. Wanita Himba boleh mandi dengan air sekali seumur hidup, yaitu saat menjelang pernikahan.
Baca Juga: 5 Tanaman Hias Daun Cocok untuk Dalam dan Diluar Rumah
5. Suku Maori di New Zealand
Suku Maori di New Zealand (foto: newzealandnz.co.nz)
Jika mendengar negara New Zealand, pastilah kita akan langsung teringat dengan suku Maori. Sebagai satu-satunya suku paling besar di New Zealand, ulasan kebudayaan suku Maori pun menjadi salah satu topik utama yang dibahas oleh media atau majalah-majalah kebudayaan serta media travelling.
Sementara, salah satu kebudayaan menarik yang dikenal dunia dari suku Maori adalah seni merajam tubuh yang kemudian dikenal dengan istilah 'Ta moko' atau tato Maori. Namun, tidak seperti teknik tato pada umumnya, Ta moko tidak menggunakan jarum untuk merajam, tetapi memamakai semacam alat pahat yang terbuat dari tulang sayap burung Albatros.
Tulang Albatros ini pun kemudian akan dicelupkan ke dalam tinta yang terbuat dari pigmen ulat sayur. Setelah itu, barulah orang-orang Maori akan mengukir tubuh hingga wajah mereka dengan tulang tato tersebut.
Selama proses menato pun, orang-orang Maori dilarang makan hingga berhubungan seksual kecuali luka tato mereka sudah benar-benar sembuh.
Meskipun bagi sebagian orang awam, merajam tubuh menyakitkan, tetapi bagi suku New Zealand ini, tato adalah sebuah simbol komitmen serta rasa hormat kepada kebudayaan Maori itu sendiri.
Sumber: Akurat.co