Di lahan kebun cengkih kawasan Banjar Insakan, Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, terdapat sebuah benda purba yang diduga sarkofagus (peti jenazah kuno) yang menyimpan cerita misteri.
Sarkofagus tersebut kini amat dikeramatkan krama setempat, karena dihuni makhluk gaib berwujud wanita cantik.
Menurut selaku petani penggarap yang berupakan orang pertama menemukan benda tersebut bernama Oka Yasa menceritakan, dia bersama 6 rekannya yang bekerja mengelola lahan cengkih tersebut sedang mem-buat lubang kompos.
Baca Juga: Kisah Mistis Seorang Remaja di Banyuwangi, Dihajar Makhluk Gaib hingga Babak Belur
Nah, saat menggali pada kedalaman 70 cm, ujung cangkul mereka membentur batu. Karena penasaran, Oka Yasa terus melakukan penggalian lebih dalam, dengan memperlebar galian di sisi batu tersebut.
“Awalnya, saat itu kami kerja bertujuh. Kebetulan, yang menggali lubang berisi sarkofagus ini sepupu saya. Karena berisi batu besar, sepupu saya tidak berani melanjutkan menggali. Tapi, saya ambil-alih menggali batu ini, karena penasaran,” kenang Oka Yasa.
Oka Yasa mengaku sempat membersihkan tanah yang memenuhi cekungan sarkofagus berukuran sepanjang 80 cm, lebar 60 cm, dan kedalaman cekungan 35 cm ini. Namun, tidak ditemukan apa-apa. Saat itu, sarkofagus sudah dalam kondisi tidak utuh, tanpa penutup.
Begitu kelihatan wujud asli sarkofagus tanpa tutup yang baru digali, Oka Yasa sempat duduk di sana dan mencoba memasang badannya hanya cukup dalam kondisi bersila seperti orang bertapa. Kemudian, karena curiga ada harta karun di bawah sarkofagus, Oka Yasa langsung mengambil harmer dan memukulkannya ke benda kuno berbahan batu ini hingga pecah.
“Saya awalnya memang kurang percaya dan tidak tahu ini benda apa? Pernah memang dengar nama sarkofagus, tapi tidak tahu bagaimana bentuknya,” cerita ayah tiga anak dari pernikahannya dengan Kadek Retiasih, 40 ini.
Baca Juga: Cerita Mistis Seorang Pria di Jombang, Mengaku Pernah Dibawa Kabur Wewe Gombel
Setelah sarkofagus terbelah karena dihantam harmer, Oka Yasa ternyata tidak menemukan apa di bawahnya. Oka Yasa pun berniat menyatukan kembali sarkofagus yang terbelah ini, namun tidak berhasil.
Selanjutnya, sarkofagus yang terbelah ini diangkat ke atas tanah. Hingga saat ini, sarkofagus masih dibiarkan tergeletak di posisi semula, dengan dipagari sejumlah tanaman dalam jarak 1 meter di sebeluh utara lubang galian kompos.
Ada peristiwa niskala di balik temuan heboh sarkofagus di kebun cengkih ini. Malam hari pasca penemuan sarkofagus, istri Oka Yasa, yakni Kadek Retiasih, bermimpi aneh. Dalam mimpinya, Kadek Retiasih didatangi seorang perempuan cantik yang memberikan pesan agar sarkofagus tersebut tidak dipindahkan lagi dari posisinya.
Menurut Kadek Retiasih, sosok perempuan cantik yang berbaju serba putih itu mengaku sebagai menghuni sarkofagus.
“Saya diberitahu agar sarkofasgus itu tidak dipindahkan ke mana-mana. Dalam mimpi malam itu, saya diberi tiga permata oleh perempuan cantik tersebut dan diminta untuk menyimpannya baik-baik,” tutur Kadek Retiasih.
Peristiwa mistis tidak berhenti sampai di situ. Berselang dua hari pasca penemuan sarkofagus, Putu Oka Yasa tiba-tiba mengalami kecelakaan di jalan desa. Oka Yasa terhimpit bamper mobil yang bertabrakan dengan sepeda motornya. Ada petunjuk niskala bahwa kecelakaan itu sebagai peringatan bagi Oka Yasa, karena dianggap bersalah telah menghancurkan sarkofagus.
“Itu hanya peringatan bagi saya. Buktinya, saya tidak apa-apa, padahal saya terjepit di bawah mobil bersama motor. Beberapa lama kemudian, ada orang pintar yang bilang bahwa saya kecelakaan karena didorong oleh perempuan cantik penghuni sarkofagus itu,” papar Oka Yasa, yang kesehariannya tinggal di gubuk depan kebun cengkih berisi sarkofagus tersebut.
Karena itu, Oka Yasa memutuskan untuk menggelar upacara ritual khusus sbagai pertanda permohonan maaf secara niskala atas keteledoranya memecahkan sarkofagus. Sedangkan sarkofagus tersebut hingga kini dikeramatkan. Keluarga Oka Yasa rutin menghaturkan sesajen di sarkofagus setiap rahina suci, seperti Purnama dan Tilem.
Warga sekitar juga menganggap keramat sarkofagus dan lokasinya. Jika ingin berkunjung melihat sarkofagus, warga tidak diperkenankan melihat dari bagian hulu (kepala), tetapi hanya boleh dari samping atau bawah (hilir). Kadek Retiasih memberikan sawen (tanda) bagian hulu sarkofagus, sengan cara nenanam sejumlah tanaman hias di sebelahnya.
Sumber: Nusa Bali