Dusun Ngaglik, Desa Kedungasem, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, memiliki mitos mengerikan bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Rembang.
Mitos bagi pejabat maupun ASN yang datang ke Dusun Ngaglik akan kehilangan jabatan atau pun turun jabatan. Mitos tersebut sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat.
Baca Juga: Kisah Mistis Driver Ojol, Mengantar Penumpang Gaib ke Kuburan dan Dibayar Pakai Plastik
Salah satu tokoh masyarakat Dusun Ngaglik bernama Sukarjan menjelaskan, mitos ASN Kabupaten Rembang yang berkunjung ke Dusung Ngaglik akan kehilangan jabatan sudah ada sejak lama, bahkan sebelum dirinya dilahirkan. Awalnya mitos tersebut hanya sebuah kejadian biasa, seorang pemerintah desa yang berkunjung ke dusunnya lengser dari jabatan.
"Katanya kalau pejabat datang ke dusun saya nanti jabatannya lepas, atau copot, atau tertimpa kesialan yang lainnya. Itu kan tidak logis. Itu (mitos) sudah lama sejak orang tua saya, sejak mbah saya, dari buyut-buyut saya kalau cerita gitu," jelas Sukarjan.
Ia menegaskan sebuah jabatan pasti ada masanya, namun warga di daerah lain selalu melihat sebagai hal mistis. Akibatnya cerita tersebut menyebar dari satu orang ke orang lain dengan tambahan-tambahan yang tidak sesuai dengan fakta aslinya.
Baca Juga: Kisah Mistis Prajurit Kopassus Tersesat di 'Alam Lain' Papua
"Biasanya kan gitu, ada tambahan-tambahan kalau orang cerita. Misalnya orang ini ceritanya satu diceritakan lagi ceritanya jadi dua, kemudian diceritakan lagi tambah jadi tiga, tambah jadi empat, lima dan gitu seterusnya. Jangankan uang, kabar aja sekarang di Mark Up," terang dia.
Hal itulah yang menyebabkan masyarakat mulai mempercayainya. Setiap ada kejadian kesialan pegawai yang datang ke dusunnya selalu dikaitkan dengan mitos tersebut.
"Dari cerita yang ditambah-tambahi itu kemudian jadi membesar dan dipercaya sampai sekarang," jelasnya.
Padahal mitos tersebut belum pernah terjadi kepada seorang pejabat datang ke Dusun Ngaglik kemudian dicopot jabatannya. Malahan pejabat yang datang ke dusun tersebut bukanya lengser, namun dinaikan jabatannya.
"Itu belum terbukti, sama sekali belum pernah ada pejabat ke sini terus dicopot, kalau naik jabatan malah ada," tegasnya.
Akibat beredar mitos tersebut, dampak sosial jelas sangat dirasakannya selama tinggal di sana. Pelayanan pemerintah yang sebarusnya didapatkan warga Dusun Ngaglik seakan menjauh.
Mulai dari bidan hingga penghulu pun tidak ada satu pun yang berani masuk dusun tersebut. Diskriminasi itulah yang dirasakan warga Dusun Ngaglik selama bertahun-tahun. Bidan dan penghulu baru mau melayani warga ngaglik jika mereka mau keluar dari dusun.
"Bidannya maupun penghulu itu baru mau melayani di dusun sebelah yaitu Jasem," bebernya.
Dirinya mengungkapkan rasa penderitaan warga Dusun Ngaglik mulai dari bayi yang baru lahir. Peningkatan pelayanan kesehatan yang sering digembor-gemborkan pemerintah seakan terpental saat mendengar Dusun Ngaglik.
"Saking seringnya melahirkan kan istilahnya ada yang "kebrojolan" bayi tahu-tahu sudah keluar. Bayi yang baru lahir tadi yang seharusnya tidak boleh kena angin terpaksa dibawa keluar biar dipegang sama bidan, kalau seperti itu terus kan kasihan," terangnya.
Baca Juga: Kisah Misteri Pos Polisi 02 Jombang, Bunyi Gemerincing Lonceng Pertanda akan Ada Kematian
Sukarjan bahkan mengungkapkan bayi yang lahir di Dusun Ngaglik sama sekali tidak pernah merasakan sentuhan dari seorang dokter dan juga bidan. Hal itulah yang sangat di sayagkan Sukarjan, padahal berdasarkan peraturan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), bayi yang baru berusia 40 hari mendapat kunjungan bidan minimal tiga kali.
"Jangankan tiga kali, sekali pun aja tidak pernah. Yang kami tuntut cuma satu aja, yaitu pelayanan. Itu yang sangat diharapkan oleh masyarakat, masalahnya yang semestinya ibu melahirkan itu bisa dilayani, bisa diperiksa, bisa dikontrol ibu dan bayinya, namun sampai saat ini belum pernah," keluh Sukarjan.
Tak hanya ASN, tetapi beberapa pekerja semisal tukang sound system dan bahkan tukang gergaji enggan mengunjungi Dusun Ngaglik akibat mitos tersebut. Ia mencontohkan pernah kejadian saat pegelaran ketoprak, panggung pemetasan roboh akibat diterjangan angin kencang. Akibat panggung roboh, sound sistem jatuh dan mengalami kerusakan.
"Saya kalau ada acara semisal pengajian, sampai kesulitan mencari tukang sound sistem yang mau. Alasannya takut kalau alatnya tiba-tiba rusak setelah dari sana, itu kan tidak masuk akal," ucapnya.
Tidak hanya itu, ia pun merasa heran saat tukang gergaji yang ia suruh menggergaji kusen kayunya guna memperbaiki rumahnya sampai ikut-ikutan tidak berani masuk Dusun Ngaglik. Alhasil, ia harus menggotong kayu miliknya hingga keluar batas dusun agar tukang gergaji tersebut mau mengarjakannya.
"Tukang gergaji kok ikut-ikutan juga, saya itu sampai berpikir begini, kalau pak pejabat kuatir kalau jabatannya copot, kalau tukang gergaji yang mau copot itu apanya," ungkapnya sambil tertawa.
Cerita mistis Dusun Ngaglik tak hanya sampai di situ, Sukarjan yang merupakan jebolan pondok pesantren tersebut mengaku beberapa kejadian pernah terjadi di kampungnya. Ia menyebut ada orang luar daerah yang datang untuk meminta izin mengambil tanah sebagai obat di area punden yang dikeramatkan.
Selain itu cerita pencuri pakaian yang tidak bisa keluar dari Dusun Ngaglik.
"Dulu ada yang ke sini minta tanah katanya buat obat. Kemudian dari pengakuan seorang pencuri yang kesehariannya mencari kodok di sawah itu dia sehabis mengambil pakaian orang terus lari muter-muter tidak ketemu jalan pulang, setelah pakaian yang dicuri tadi dibuang akhirnya bisa pulang, itu ada," ungkap Sukarjan.
Pria berusia 40 tahun itu, dari cerita mistis tersebut dirinya menyimpulkan bagi siapapun yang berkunjung ke dusunya dengan niat baik, pasti akhirnya akan baik juga. Sebaliknya jika mereka datang untuk hal yang negatif kesialan juga akan menimpanya.
"Kalau itu percaya tidak percaya, kita hidup di dunia ini tidak mungkin sendirian, pasti ada makhluk lain. Insya Allah kalau datang dengan niat baik, pasti akan baik juga," tuturnya.