Akhir September 2020 atau pada Kuartal III Indonesia dipastikan akan mengalami resesi akibat melemahnya daya beli hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani mematikan resesi ekonomi akan terjadi di Indonesia.
Pernyataan tersebut, dia katakan setelah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini minus 0,6 persen hingga 1,7 persen.
Proyeksi ini, dia menjelaskan, lebih parah dari sebelumnya yang mematok PDB minus 0,2 persen hingga 1,1 persen.
"Ini artinya, negatif kemungkinan terjadi pada kuartal ketiga dan berlangsung pada kuartal keempat yang kita masih upayakan (pertumbuhannya) mendekati nol," ujar Ani, sapaan akrabnya, dalam paparan APBN Kita, dilansir CNN, Selasa 22 September 2020.
Baca Juga: Indonesia Dipastikan Resesi di Kuartal III, Ini Penjelasan Sri Mulyani
Dilansir dari Detikcom, dampak yang akan terjadi akibat dari resesi adalah melemahnya daya beli dan semakin banyaknya angka PHK.
Sementara untuk 2021 nanti, pertumbuhan ekonomi ditargetkan 4,5 persen-5,5 persen. Target ini lebih rendah dari proyeksi institusi asing yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa menyentuh 6 persen.
Ani, sapaan akrab Menkeu itu memastikan Indonesia akan mengalami resesi setelah mengalami pertumbuhan negatif pada Kuartal II dan akan minus pada Kuartal III.
Hal ini juga diperparah dari kondisi nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.785 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (22/9) sore. Posisi tersebut melemah 0,58 persen dibandingkan perdagangan Selasa 21 September 2020 sore di level Rp14.700 per dolar AS.
Baca Juga: Pecahkan Rekor Kematian Akibat Corona Melonjak 160 Orang, 184.298 Sembuh
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.782 per dolar AS atau melemah dari Rp14.723 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Sumber: CNN, Detik