Fakta unik Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau dikenal dengan G30SPKI terungkap. Ternyata salah satu faktor gagalnya rencana pemberontakan ini karena kekurangan nasi bungkus.
Adapun beberapa fakta unik lainnya terkait gagalnya pemberontakan G30SPKI, berikut Correcto.id himpun untuk Anda:
1. Perencanaan buruk
Ternyata perencanaan kudeta G30SPKI tidak begitu matang bahkan bisa dibilang perencanaan gerakan ini buruk. Bagaimana tidak, kudeta kekuasaan yang direncanakan ternyata tidak memiliki rencana cadangan jika hal mendesak terjadi atau situasi tiba-tiba berubah di lapangan.
Buruknya perencanaan pasukan Letkol Untung Cs bisa dilihat saat salah satu pasukan yang dipimpin oleh Brigjen Soeparjo (Wakil Letkol Untung) justru dengan mudah menyerah saat diminta Presiden Soekarno untuk menghentikan kegiatan. Hal tersebut pun membuat pasukan lain kebingungan karena kehilangan komando, sementara tidak ada perencanaan alternatif jika hal demikian terjadi.
Baca juga: Amalan Doa dan Ritual Ajian Macan Putih Milik Sunan Kalijaga, Awas Berbahaya
Tampaknya pemberontakan G30SPKI hanya berfokus pada penculikan tujuh jenderal. Tidak jelas apa-apa saja yang harus dilakukan setelah penculikan itu berhasil maupun gagal. Hal tersebut bisa dilihat dari ulasan buku yang berjudul Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto. "Rencana operasinya ternyata tidak jelas. Terlalu dangkal. Titik berat hanya pada pengambilan tuju jenderal saja. Bagaimana kemudian jika berhasil tidak jelas. Kalau gagal juga tidak jelas."
2. Kekurangan logistik
Selain faktor buruk perencanaan ternyata yang membuat gagal gerakan pemberontakan ini adalah kurangnya logistik. gara-gara kekurangan nasi bungkus Letkol Untung akhirnya banyak kehilangan pasukan. Pasukan Letkol Untung, yakni pasukan Bimasakti yang terdiri dari Yon 530 dan Yon 454 yang ditugaskan di Lapangan Monas selama seharian tidak diberi makan.
Maka ketika Soeharto mengutus pasukannya ke lokasi dan membujuk pasukan Bimasakti yang berjaga di Monas luluh dengan mudah. Pasukan tersebut memenuhi permintaan Soeharto untuk meninggalkan Lapangan Monas dan ke Kostrad
"Masuk berita lagi bahwa pasukan sendiri dari Yon Jateng dan Yon Jatim tidak mendapat makanan. Kemudian menyusul berita Yon Jatim minta makan ke Kostrad. Penjagaan ditinggalkan begitu saja. Semua kemacetan gerakan pasukan disebabkan diantaranya tidak ada makanan. Mereka tidak makan sejak pagi, siang, dan malam. Hal ini baru diketahui pada malam hari ketika ada gagasan untuk dikerahkan menyerang ke dalam kota," kata Supardjo.
Baca juga: Kronologi Penemuan Mayat Manajer HRD yang Diduga Korban Mutilasi di Kalibata City
3. Pasukan sedikit
Ternyata pasukan yang dikerahkan pada pemberontakan G30SPKI tidak banyak. Khusus dalam tragedi penculikan tujuh jenderal hanya dari dua pasukan. Pasukan pertama adalah pasukan Cakrabirawa berkekuatan 60 orang masukan dan Brigif I yang juga berkekuatan 60 orang pasukan.
sebelumnya sempat tersiar kabar bahwa pasukan G30SPKI berkekuatan lengkap. satu Batalyon Cakrabirawa, satu batalyon dari Brigif I Kodam jaya, satu batalyon pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP). Lalu ada juga pasukan tambahan dari Batalyon 530 Raiders jawa Timur, dan Batalyon 454 Raiders dari Jawa Tengah.
Sumber: Liputan6