Perayaan Nyepi di Bali selalu identik dengan festival Ogoh-ogoh. Beraneka ragam patung dengan wujud menyeramkan bisa dijumpai di berbagai pelosok Pulau Dewata.
Tapi tidak begitu dengan Desa Renon di Denpasar, di tempat ini tak ada perayaan ogoh-ogoh yang digelar warga layaknya daerah lainnya di Pulau Bali. Pasalnya ada sejarah misterius yang membuat warga setempat takut dan enggan membuat ogoh-ogoh.
Konon ogoh-ogoh yang dibuat di daerah ini, seolah-olah bisa hidup sendiri seperti dipengaruhi makhluk astral. Ogoh-ogoh yang dulu pernah dibuat di Desa Renon juga diceritakan kerap memakan korban.
Baca Juga: Pulau Socotra yang Penuh dengan Misteri, Benarkah Pulau ini Tempat Bersemayam Dajjal?
Bukan sekedar cerita rakyat, di tahun 1979, pemuka adat Desa Renon para remaja disana, pernah membuat ogoh-ogoh yang justru memantik berbagai peristiwa aneh tak termakan nalar.
Ada yang ogoh-ogohnya tak bisa diarak setelah dibuat, ada pula yang ogoh-ogohnya seolah-olah hidup dan bergerak sendiri, dan tak sedikit warga yang dipengaruhi aura tak biasa, sehingga sejak tahun 2000, ogoh-ogoh di Desa Renon tak pernah lagi dibuat.
Ogoh-ogoh sendiri telah merentang sejarah panjang di Pulau Bali, ogoh-ogoh dengan bentuk menyeramkan adalah visualisasi kekuatan negatif dari alam niskala.
Sebagai manifestasi butakala, energi negatif yang mengakibatkan datangnya kegelapan bagi umat manusia, festival ogoh-ogoh diharapkan dapat memurnikan jiwa manusia sebelum dilakukan proses nyepi.
Baca Juga: Cerita Misteri Seorang Nenek di Bali, Konon Dilarang Diucapkan Nama Aslinya
Dari sejumlah sumber, Ogoh-ogoh di Bali disebut muncul tahun 70-an. Sejak saat itu setiap tahunnya ogoh-ogoh rutin digelar dan bahkan diperlombakan setiap tahunnya.
Sebagai manifestasi butakala, wujud ogoh-ogoh memang dibuat menyeramkan dengan mata membelalak, kepala bertanduk, gigi bertaring dan berukuran raksasa, ogoh-ogoh yang diarak dan diangkat keliling desa diharapkan bisa mengangkat energi negatif dalam jiwa manusia.
Konon wujud misterius ogoh-ogoh itu adalah bentuk asli dari berbagai macam makhluk dari dimensi lain.
Baca Juga: Desa Tenganan di Bali Menyimpan Mitos Dijaga Ular Hitam, Suka Mengcelakai Orang yang Berniat Jahat
Setelah dibentuk sedemikian rupa, ogoh-ogoh yang terlihat menyeramkan diarak keliling desa masing-masing. Para remaja dan keluarga tumpa rua ke jalan menyaksikan festival ogoh-ogoh.
Setelah diarak keliling desa adat, ogoh-ogoh biasanya langsung dibakar. Hal ini dilakukan agar energi negatif dari hutakala dalam wujud ogoh-ogoh benar-benar hilang dan warga bisa merayakan nyepi dengan tenang.