Kisah Mistis Penjaga Bangunan Kampung Mati Vietnam, Sering Diganggu Makhluk Tak Kasat Mata

Kisah Mistis Penjaga Bangunan Kampung Mati Vietnam, Sering Diganggu Makhluk Tak Kasat Mata

Ekel Suranta Sembiring
2020-08-28 15:00:00
Kisah Mistis Penjaga Bangunan Kampung Mati Vietnam, Sering Diganggu Makhluk Tak Kasat Mata
Penjaga Bangunan Kampung Mati Vietnam (foto: Tribunjakarta.com)

Pernah menjadi saksi bisu pengungsian warga Vietnam, hingga dialih fungsi menjadi panti jompo, kampung mati Vietnam di Kramat Jati, Jakarta Timur dikenal sebagai salah satu tempat yang kental dengan hal-hal berbau supranatural. 

Dikenal dengan nama kampung mati Vietnam, sejumlah bangunan dengan area cukup luas di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur ini mengalirkan banyak misteri yang beredar di tengah-tengah masyarakat. 

Baca Juga:

Kisah Misterius Moseleum Van Motman Peninggalan Zaman Belanda

Hati-hati! Ini Area-area Kampus UI yang Terkenal Angker dan Berpenghuni

Kisah Misteri Angkernya Kuburan Bus Dramaga, Sering Terdengar Suara Tangisan Wanita

"Saya ini di sini menjaga aset Pemda dan menghuni di sini sekitar tahun 1980-an. Dulunya itu ada penampungan panti jompo di TMII. Kemudian mengalami pelebaran jadi di pindah ke sini (Dukuh). Selanjutnya pada tahun 1977-an datanglah pengungsi Vietnam," ucap Lili Salwiji penjaga bangunan di lokasi tersebut. 

Menurut Lili, saat itu pengungsi Vietnam tidaklah lama menempati lokasi tersebut. Karena sekitar tahun 1981, para pengungsi mulai meninggalkan lokasi. Namun untuk panti jompo masih tetap berjalan. Bahkan daya tampungnya diperbanyak karena lokasi tersebut dijadikan kawasan percontohan panti jompo seluruh Indonesia.

"Dulu itu di sini sangat indah. Banyak tanaman dan perawatannya sangat baik. Kemudian berganti nama dari Sasana menjadi Panti Jompo dengan tampungan 200 orang dari tadinya 100 orang. Bahkan lokasi ini dijadikan praktek untuk anak kuliah. Kan di sini sistemnya itu cotage. Jadi satu cotage itu isinya 10 orang jompo dengan satu petugas. Ada juga yang seperti barak dengan tampungan 20 orang. Jadi kalau ambulan wara-wiri itu hal yang biasa," ucap Lili Salwiji.

Meskipun indah, lokasi yang cukup luas ini merupakan wilayah rawan banjir. Hingga pada tahun 2002, banjir merendam lokasi tersebut melebihi 1 meter. Hal itu kemudian membuat para penghuni panti jompo harus dievakuasi dan saat ini berada di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan.

"Memang di sini lokasi rawan banjir. Kemudian sebelum banjir besar sekali di tahun 2002 dan sebelum tanggul roboh, penghuni panti jompo sudah dievakuasi dan dibantu pasukan katak. Saat itu tak ada korban jiwa, karena saya turut membantu proses evakuasi," ungkap Lili Salwiji.

Selepas tahun 2002, lokasi tersebut menjadi lokasi yang tak lagi berpenghuni di beberapa bangunan. Dari sekira 35 bangunan yang ada, hanya 17 KK yang masih bertahan dan satu diantaranya ialah Lili.

"Hanya 17 KK yang ada di sini di atas tanah seluas sekitar 2,3 hektar. Beberapa bangunan yang tidak berpenghuni dibiarkan saja seperti itu karena memang kondisinya sudah rusak," kata Lili.

Lanjut, Lili juga menuturkan sebelum banjir besar pada tahun 2002, kawasan tersebut juga sudah direndam banjir pada tahun 1998 atau 2 tahun sebelumnya. Saat itu, banjir tak terlalu tinggi sehingga bangunannya masih digunakan hingga tahun 2002. Hanya saja pada saat itu, satu penghuni panti jompo bernama Rubingan meninggal dunia.

"Yang korban meninggalnya justru pas tahun 1998. Jadi karena banjir tak tinggi dia izin pamit ke dalam rumah untuk mengambil baju kering ke teman sekamarnya tanpa sepengetahuan petugas. Begitu dicari pas banjir surut, dirinya sudah tidak bernyawa dengan kondisi kaki yang luka, mungkin jatuh saat mengambil baju atau apa ya. Tapi di tahun 2002 saya pastikan tak ada korban jiwa," jelasnya.

Menjadi lokasi yang hanya dihuni oleh 17 KK sejak tahun 2002, tentunya beberapa warga mengalami beberapa kejadian yang menyeramkan. Meskipun sebagai penjaga tak pernah merasakan hal tersebut, namun ia menceritakan keluarganya sempat diganggu oleh makhluk astral atau makhluk gaib.

"Jadi istri saya dengar suara orang jalan, tapi kok enggak sampai-sampai. Kemudian dia juga melihat seperti ada sosok orang duduk namun ketika dihampiri justru pohon singkong. Pas ditebang sudah enggak lagi diganggu," jelasnya.

Tak hanya istrinya, sang anak yang bernama Gilang juga pernah diganggu oleh makhluk tak kasat mata tersebut saat malam hari.

Baca Juga:

Terkenal Angker! Ini Deretan Kisah Mistis di Bekas Pabrik Boneka Kayu Bekasi

Tragis! Ritual Ojung, Tradisi Mendatangkan Hujan dengan Meneteskan Darah dari Bondowoso

Ini 5 Bentuk Tumbal yang Sering Dikorbankan Jika Kamu Lakukan Pesugihan

"Kalau anak saya diganggu dibangunan dekat mushola. Karena di sini airnya enggak bisa untuk minum, air di musala aja yang masih bagus. Saya suruh dia ambil air tapi dia baru jalan abis isya. Di situ dia lari sampai rumah katanya ada kuntilanak. Ya saya yang enggak pernah diganggu cuma ketawa aja," tambahnya.

Selain itu, Lili juga mengatakan beberapa taksi online dan ojek online tak berani masuk dalam kawasan itu. Sejumlah driver memilih untuk menjemput di depan tanpa berani masuk ke dalam.

"Pernah saat itu anak saya (Rani) pulang naik taksi. Supirnya sampai enggak percaya. Anak saya disuruh jalan karena mau lihat kakinya napak atau tidak. Dia sampai bilang kalau dia itu manusia dan kasih tau kalau ada saya, Bapaknya tinggal di situ," ucapnya.

Sumber: tribunnews


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30