Pada saat menjelang pemakanan Presiden Indonesia ke 2 yakni Soeharto terdapat kisah mistis yang begitu jarang terjadi. Pasalnya, ada sauara tak begitu biasa saat melaksanakan ritual.
Diketahui, tempat pemakaman Soeharto berada di Astana Giribangun. Posisinya dan keberadaan Astana Panagdegan di atas Astana Giribangun di lereng barat Gunung Lawu tepatnya terletak di Desa Karang Bangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Baca Juga:
Kisah Mistis Sopir Angkot di Semarang, Disesatkan 3 Wanita Cantik dan Tiba-tiba Pendapatan Meningkat
Kisah Misteri Sebuah Pulau di Danau Sunter, Konon Tempat Bermain Hantu Si Manis
Terowongan Casablanca Dikenal Angker, Begini Cerita Mistis dari Beberapa Warga
Astana Giribangun merupakan makam keturunan Kerajaan Mangkunegaran. Ternyata makam itu memiliki daya mistis dalam sejarah perjalananya. Muncul mitos bahwa makam tersebut merupakan tempat sakral dan tidak bisa diperlakukan sembarangan.
Beberapa peristiwa dan fenomena mistis aneh terjadi di antaranya saat makam Presiden Kedua Indonesia, HM Soeharto digali. Suasana pemakaman Soeharto di Astana Giribangun kala itu sedang redup, tak ada awan. Hanya angin yang berhembus pelan saat itu.
Soeharto dimakamkan pada Minggu Wage, 27 Januari 2008 setelah Azan Asar sekitar pukul 15.30 WIB. Keluarga besar Soeharto dan sejumlah tokoh ternama baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebelum penggalian, keluarga besar Soeharto melakukan upacara Bedah Bumi. Tujuannya adalah agar penggalian dapat berjalan lancar dan selamat. Upacara tersebut dipimpin oleh Begug Purnomosidi mantan Bupati Wonogiri.
Upacara dimulai dengan menancapkan linggis ke tanah pemakaman sebanyak tiga kali. Yang pertama, tidak terjadi apapun dan begitu pula dengan yang kedua. Namun, kejadian yang membuat merinding bulu kuduk terjadi saat linggis mengoyak tanah untuk ketiga kalinya.
"Tiba-tiba, duar! Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami," kata juru kunci makam keluarga Soeharto di Astana Giribangun Soekirno.
Para penggali makam dan orang-orang di sekitarnya sontak kaget mendengar ledakan itu. Mereka saling berpandangan. Bingung. Mencoba mereka-reka dan mencari-cari dari mana asal suara menggelegar itu.
"Bukan bunyi petir, lebih mirip suara bom besar meledak di atas cungkup Astana Giribangun," kata Sukirno.
Anehnya, tak ada yang porak poranda. Tak ada benda yang bergeser karena suara ledakan itu. Terbesit di pikiran, mungkin itu suara ghaib. Semua yang ada di tempat itu terdiam, terpaku. Lalu, suara Begug Purnomo Sidi memecah keheningan.
"Bumi mengisyaratkan penerimaan terhadap jenazah beliau," tutur Sukirno, menirukan kalimat Bupati Wonogiri.
Tidak hanya itu yang dialami sang juru kunci Astana Giribangun Sukirno. Beberapa bulan sebelum kematian Soeharto, terjadi longsor mendadak di bawah Perbukitan Astana Giribangun.
Selain pengalaman menggali makam Soeharto, pria itu juga masih ingat ketegangan terjadi di Astana Giribangun, tahun 1998, saat kekuasaan Soeharto berakhir. Masa di mana-mana menghujat dan ingin mengadili Soeharto beserta keluarganya.
Terjadi pula perebutan tanah-tanah serta pengerusakan aset negara yang saat itu dikuasai Soeharto di beberapa daerah. Hingga merembet ada kabar, makam keluarga Soeharto itu bakal diserang dan akan dirusak oleh ribuan masa.
"Bersama warga saya memasang drum-drum di tengah jalan. Di depan pertigaan di depan SD Ibu Tien yang terletak di tanjakan menjelang Astana. Kami memalang puluhan batang bambu ori berduri. Siapa yang melintas dengan berjalan kaki sekalipun, tak bakal gampang menembusnya," tutur Sukirno.
Malam-malam pun terasa panjang. Orang-orang kampung dan desa secara bersama-sama dengan pengurus dan berjaga di sekitar makam. Dari pesawat komunikasi HT terdengar sandi, misalnya 1.000 "kuda lumping" yang artinya ada seribu pengedara sepeda motor menuju dan bergerak mengarah ke Astana. Atau lima ratus "gerobak" atau 500 pengendara mobil juga.
"Anehnya tak pernah sekalipun mereka hendak melempari Astana dan merusak bangunan makam di sini benar-benar tiba," kata Sukirno.
Baca Juga:
Seberapa Seramkah Jembatan Ancol? Ini Deretan Cerita Mistis dari Warga
Kisah Misteri Rumah Warga di Ngawi Pindah Tempat dalam Semalam, Disebut Dipindahkan Oleh Jin
Sukirno berkeyakinan arwah para leluhur raja Mangkunegaran datang dan melindungi sebab arwah leluhur bagi orang Jawa diyakini masih bersemayam dan jika dalam situasi darurat akan muncul dan melakukan perlindungan.
Apalagi leluhur mereka yaitu Kanjeng Pangeran Adi Pati arya Sri Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo atau Aji Panglimunanya.
Sumber: Merdeka.com