Virus Corona telah menjadi perhatian dunia. Sebab, virus yang berasal dari Wuhan, China akhir tahun lalu telah menyebar ke seluruh dunia.
Berbagai negara dan lembaga kesehatan berlomba-lomba untuk menemukan vaksin bahkan obat termanjur untuk membunuh virus ini.
Terkait obat Corona, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, mengatakan ada sejumlah obat yang bisa digunakan untuk menangani pasien Covid-19.
Baca Juga: Bertambah 2.266, Kasus Positif Corona di RI Kini 147.211, 100.674 Orang Lainnya Sembuh
Obat yang direkomendasikan merupakan rekomendasi dari lima asosiasi dokter spesialis di Indonesia.
Yakni, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Persatuan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI).
Lima asosiasi dokter spesialis ini telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelum menerbitkan alur penanganan penderita Covid-19.
Asosiasi dokter spesialis juga merekomendasikan Remdesivir, Favipiravir, Lopinavir-ritonavir, Oseltamivir dan Paracetamol untuk menangani pasien-pasien yang mengalami demam lebih dari 38 derajat celcius. Sedangkan Klorokuin dan Azithromycin bisa digunakan untuk mengobati pasien dengan gejala sedang.
Baca Juga: Menteri Airlangga Hartarto: 180 Juta Orang Bakal Disuntik Vaksin Covid-19 di 2021
Wiku menambahkan, asosiasi dokter spesialis memperbolehkan penggunaan antikoagulan apabila ada potensi terjadinya penggumpalan darah pada tubuh pasien Covid-19.
"Sedangkan untuk gejala berat atau kritis digunakan Kortikosteroid dan antibiotik spektrum luas sesuai dengan perkembangan klinisnya," sambungnya.
Mantan Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini menegaskan, pengggunaan obat-obat tersebut harus atas anjuran dokter. Masyarakat tidak boleh mengonsumsi obat atas inisiatif sendiri.
Sekedar informasi, penyebaran virus corona di Indonesia semakin tidak terkendali. Data per Kamis 20 Agustus 2020, terjadi penambahan 2.266 kasus positif virus corona.
Dengan begitu, jumlah kasus positif virus corona di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 147.211, dari yang sebelumnya 144.945 kasus.
Kemudian, pasien yang meninggal sebanyak 72 jiwa, sehingga totalnya menjadi 6.418 jiwa, dari yang sebelumnya 6.346 jiwa.
Kabar baiknya, pasien positif virus corona yang sembuh sebanyak 2.017 orang. Sehingga, saat ini pasien yang sembuh dari COVID-19 di Indonesia totalnya 100.674 orang, dari yang sebelumnya 98.657 orang.
Dalam kesmpatan yang berbeda, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, pemerintah terus berupaya mempersiapkan produksi vaksin penangkal Covid-19 agar bisa didistribusikan kepada masyarakat 2021 mendatang.
"Pemerintah melihat situasi pandemi ini sebagai sesuatu yang sifatnya multiyears, tidak hanya satu tahun. Jadi kuncinya ada di dalam vaksin, sehingga pemerintah melihat vaksin ini diharapkan bisa ditemukan tahun depan," ujarnya dalam sebuah sesi webinar, Kamis 20 Agustus 2020.
"Dimana beberapa vaksin itu sedang clinical trial. Ada vaksin satu di Bandung, kemudian vaksin dua koordinasi di Jakarta, kemudian juga ada vaksin merah putih diharapkan (keluar) di kuartal 2 tahun depan," ucap dia.
Penyuntikan vaksin, Airlangga menyatakan, tidak dapat dilakukan dalam satu kali. Negara besar seperti Amerika Serikat dikatakannya telah mempersiapkan empat kali suntikan vaksin Covid-19 untuk penduduknya.
"Indonesia menyiapkan Rp 5 triliun tahun ini, tahun depan diperkirakan bagaimana 180 juta penduduk ini mempunyai akses terhadap imunisasi," jelas dia.
Indonesia harus bisa memvaksin sekitar 180 juta orang dalam dua kali suntikan. Artinya dibutuhkan 360 juta dosis, dan perlu dilakukan imunisasi untuk 1 juta orang per hari.
"Nah tentu kalau 1 juta vaksin ini kita memprioritaskan kepada daerah yang terdampak lebih dulu yang 8 daerah. Kemudian tentu secara bertahap dari grup usia. Kalau kita lihat dari batas usia, umur yang efektif antara 19-59 tahun," tuturnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan pemerintah mengalokasikan Rp 169,7 triliun untuk anggaran kesehatan pada 2021. Jokowi menyebut anggaran tersebut termasuk untuk pengadaan vaksin.
"Anggaran kesehatan direncanakan sebesar Rp 169,7 triliun atau setara 6,2% APBN, diarahkan terutama untuk peningkatan dan pemerataan dari sisi supply, serta dukungan untuk pengadaan vaksin," jelas Jokowi.
Tak hanya itu, anggaran kesehatan disiapkan untuk meningkatkan nutrisi ibu hamil dan menyusui, balita, penanganan penyakit menular, serta akselerasi penurunan stunting. Kemudian, untuk perbaikan efektivitas dan keberlanjutan program jaminan kesehatan nasional.
"Serta penguatan pencegahan, deteksi, dan respons penyakit, serta sistem kesehatan terintegrasi," ucap Jokowi.
Sumber: Liputan 6, Kumparan, Detik