Kasus positif virus corona di DKI jakarta kembali melonjak. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengumumkan penambahan kasus positif Covid-19 harian per Selasa 4 Agustus di Jakarta sebanyak 466 orang. Angka tersebut membuat total kasus terkonfirmasi Covid-19 di wilayah DKI Jakarta hari ini sebanyak 22.909 orang.
Semenatar itu fakta lain mengunkap angka kesumbuhan yang cukup baik di DKI Jakarta. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia Tatri Lestari memaparkan, terdapat sebanyak 14.381 orang dari total keseluruhan pasien dinyatakan telah sembuh. Sementara itu, 880 orang meninggal dunia.
"Adapun sebanyak 7.648 orang masih dirawat dan isolasi," kata Dwi, Selasa.
Terkait Meningkatnya Kasus postif covid-19 yang melonjak tinggi pada hari ini diduga disebab beberap hal, seperti diberlakukannya kembali gajil genap dan masih tingginya aktivitas pekerja di Jakarta sehingga Perkantoran menjadi klaster baru penularan virus corona.
Baca juga: Bikin Merinding! Dalang Disesatkan Hantu, Setelah Pulang Latihan
Anggota DPRD DKI fraksi PDIP Gilbert Simanjuntak menilai kebijakan ganjil genap Pemprov DKI tidak tepat diterapkan untuk saat ini. Hal tersebut akan mengarahkan warag mengendarai kendraan umum yang beresiko tinggi penularan. "Karena transportasi umum lebih berisiko daripada kendaraan pribadi," ujar Gilbert, Selasa 3 Agustus 2020.
Terkait pernyataan Pemrpov DKI bahwa perkantoran yang menjadi klaster baru penularan virus corona, menurut Gilbert belum tentu benar. Wakil Ketua Regional South East Asia Regional Office International Agency for Prevention of Blindness WHO menilai jika hal tersebut benar adanya maka Pemprov perlu mengatur kebijakan terkaitan pembatasan aktivitas di perkantoran. "Kalau untuk mengurangi karyawan yang masuk, maka karyawan tetap akan masuk," ucapnya.
Baca juga: Bioskop Drive In Senja, Hiburan di Tengah Wabah Corona
Menurut Pakar Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Laura Navila Yamani peningkatan kasus yang terjadi adalah risiko dari adanya pelonggaran yang diberlakukan saat ini.
"Ini risiko yang sudah diprediksi sebelumya bahwa pasti akan ada penyebaran kasus dan pengendaliannya akan menjadi lebih sulit ketika tidak dilakukan PSBB (pembatasan sosial bersekala besar)," ujar Laura saat dihubungi di Jakarta, Selasa 4 Agustus 2020.
Dia menyebutkan bahwa ada faktor lainnya yang membuat angka kasus baru COVID-19 masih tinggi. Salah satunya masyarakat yang abai dengan protokol kesehatan. "Tapi memang juga ketika masyarakat juga tidak mau dan tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan ini juga akan lebih meningkatkan lagi," jelasnya.
"Karena memang pergerakan dari masyarakat sudah tidak dibatasi artinya untuk mengendalikan penyebaran itu kan menurunkan peluang dengan cara menerapkan protokol kesehatan," imbuhya.
Sumber: Republika, Sindo, Merdeka