Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam akun resmi Twitter WHO pada Senin 3 Agustus 2020, menyatakan bahwa mungkin tidak ada senjata ampuh untuk melawan virus corona.
“Sejumlah vaksin sekarang dalam uji klinis fase 3 dan kami semua berharap memiliki vaksin efektif yang dapat membantu mencegah infeksi virus corona,” tulis Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada konferensi pers.
"Namun, tidak ada peluru perak saat ini (untuk melawan Covid-19) dan mungkin tidak akan pernah ada," tambahnya.
Baca Juga: Diluar Nalar, Tiap 7 Menit Satu Orang Warga Iran Meninggal karena Corona
Melansir dari Reuters, Selasa 4 Agustus 2020, Tedros kemudian mendesak masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan demi mengindari penularan wabah. Ia juga meminta agar pemerintah melakukan berbagai strategi seperti pelacakan kontak, isolasi, perawatan, dan pembatasan.
WHO juga telah memperingatkan pandemi ini kemungkinan akan terjadi lebih lama.
Lalu, WHO memperingatkan bahwa penyebaran Covid-19 secara global masih meningkat dengan jumlah kasus dua kali lipat dalam enam minggu terakhir. Direktur Organisasi PBB itu juga memeringatkan bahwa dampak pandemi mungkin akan dirasakan sampai beberapa dekade mendatang.
“Pandemi adalah krisis kesehatan sekali dalam seabad yang dampaknya akan terasa selama beberapa dekade mendatang,” kata Tedros.
Di Indonesia sendiri, seorang epidemiolog dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menyebut pemerintah hingga saat ini belum mengeluarkan kebijakan mumpuni dalam mengendalikan pandemi virus corona (Covid-19).
Menurut Hermawan, sulit untuk memprediksi puncak lonjakan kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Ia memperkirakan, penambahan kasus akan terus terjadi, bahkan dalam jumlah yang lebih banyak selama tak ada kebijakan yang tegas dari pemerintah.
Baca Juga: Kalahkan Qatar, Epidemiolog Prediksi Kasus Positif Tembus 2.000 Per Hari
Indonesia menyalib Qatar yang sebelumnya berada di posisi kedelapan. Sementara sejumlah negara lain di bawah Indonesia berturut-turut yakni, Qatar, Filipina, Kazakhstan, dan China di posisi 12.
Hermawan memperkirakan Indonesia akan terus mengalami lonjakan yang lebih tinggi, tepatnya di kisaran 2.000-an kasus per hari.
"Kita akan menanti hari-hari bisa jadi jebol dua digit, bisa jadi ke depan akan lebih dari 2.000 terus per hari. Tergantung dari kapasitas testing pemerintah," ujarnya.
"Itu angka positivity rate Indonesia masih di atas 10 persen. Tetapi di DKI bergerak antara 6-7 persen. Kita belum memiliki kendali kebijakan atau prilaku yang betul-betul mumpuni. Sejalan dengan kelonggaran dan aktifitas kerja di mana-mana, jadi angka ini akan naik terus," jelas Hermawan.
Sumber: Antara