Pemerintah telah mengganti istilah new normal dengan istilah adaptasi kebiasaan baru. Penggantian tersebut dinilai perlu untuk mempermudah masyarakat memahami. Selain itu penggantian istilah ini bertujuan untuk menekankan pada prilaku hidup sehat.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Brian Sriphastuti memberikan penjelasan atas pergantian istilah new normal yang diganti dengan istilah adaptasi kebiasaan baru. Brian menerangkan bahwa istilah tersebut berbau asing sehingga sulit dipahami masayarakt. Selain itu hal ini dilakukan untuk lebih menekankan pada prilaku hidup sehat.
Baca juga: Sekolah di 8 Daerah di Jawa Tengah Ini akan Diizinkan Masuk, Padahal Belum Zona Hijai Loh
"Pemahaman menggunakan new normal sendiri, karena ada unsur bahasa asingnya, kemudian tidak mudah dipahami, diterjemahkan sebagai adaptasi kebiasaan baru. Jadi yang ditonjolkan bukan situasinya tapi perilaku kita yang harus disesuaikan dengan situasi yang terjadi," kata Brian dalam diskusi bertajuk 'COVID-19 dan Ketidaknormalan Baru' secara virtual, Sabtu 11 Juli 2020.
Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Larang Masyarakat Pakai Masker Terlalu Tebal
Dengan istilah adapatasi kebiasaan baru ini pemerintah berharap masyarakat lebih mudah memahami dan menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Menurut Brian prilaku hidup sehat sangat berperan penting dalam pencegahan penularasn virus.
"Perilaku yang bisa membatasi atau menghindari transmisi persebaran lebih lanjut dari orang ke orang supaya tidak terinfeksi atau terpapar virus ini," sambung dia.
Sumber: Kumparan