Kisah Kapten Rivai Mengancam akan Tembak Mati Anak Buahnya Bila Melibatkan Praktik Mistis Melawan Belanda di Gunung Cikuray Garut

Kisah Kapten Rivai Mengancam akan Tembak Mati Anak Buahnya Bila Melibatkan Praktik Mistis Melawan Belanda di Gunung Cikuray Garut

Ekel Suranta Sembiring
2020-07-10 18:00:31
Kisah Kapten Rivai Mengancam akan Tembak Mati Anak Buahnya Bila Melibatkan Praktik Mistis Melawan Belanda di Gunung Cikuray Garut
Gunung Cikuray (foto: tempat wisata)

Gunung Cikuray yang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat di samping keindahannya juga punya kisah semasa zaman perang kemerdekaan Indonesia tahun 1947-1949 lalu.

Dalam catatan sejarah yang dikumpulkan dari Perpustakan Pusat­Dinas Sejarah (Disjarah) TNI-AD di Jalan Kalimantan Bandung, Nationaal Archief Belanda, dan Konklijke Bibliotheek Belanda, kawasan kaki Gunung Cikuray pun menjadi salah satu area konflik pihak Indonesia dengan Belanda pada tahun 1947-1949.

Baca Juga: Lawang Saketeng di Cirebon, Tempat Kejaraan Makhluk Gaib, Benarkah?

Baca Juga: Batu Lonceng dan Batu Kujang di Bandung, Menyimpan Cerita Kekuatan Magis Hingga Tanda-tanda Indonesia Ditimpa Musibah

Baca Juga: Batu Senapan di Bandung, Dipercaya akan Menembakkan Peluru ke Beberapa Desa Sekitar Ketika Kiamat, Benarkah?

Tentara Nasional Indonesia (TNI) melanjutkan perlawanan melalui perang gerilya dari hutan dan perkampungan Gunung Cikuray. Perkebunan Dayeuhmanggung dan Perkebunan Juliana kemudian dikuasai pasukan Belanda dan kembali dikelola Firma Tiedeman & van Kerchem. 

Ada hal unik dalam catatan ketika di Gunung Cikuray tersebut, ada sebagian anggota pasukan TNI Batalion (Yon) 32/­Garuda Hitam terlibat praktik klenik alias mistis. 

Pasukan Belanda berkemah di dekat pabrik teh Perkebunan Dayeuhmanggung yang sudah rusak, Juni 1948.*

Walau sejumlah tentara yang melakukan klenik itu berdalih dipergunakan untuk mengalahkan pasukan Belanda, namun komandan Yon 32/Garuda Hitam yaitu Kapten Rivai tetap melarang keras karena merupakan sesuatu jalan keliru.

Kisah ini terjadi beberapa hari menjelang Perjanjian Renville, 17 Januari 1948, atau jika dihitung tahun 2018 ini sudah 70 tahun lalu. 

Kisah mistik di Gunung Cikuray ini dituliskan oleh Kolonel Purnawirawan TNI, Mohamad Rivai pada memoarnya berupa buku Tanpa Pamrih, Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Intermasa Jakarta tahun 1984, yang disimpan di Perpustakaan Pusat Disjarah TNI-AD.  

Menurut Mohamad Rivai, saat dirinya masih berpangkat kapten pada pertengahan Januari 1948, Gunung Cikuray menjadi daerah gerilya pasukan TNI Yon 32/Garuda Hitam yang ia pimpin dalam melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Belanda pasca Agresi Militer I ”Operasi Produk” 21 Juli-5 Agustus 1947. 

Gunung Cikuray dikenal sebagai lokasi angker dan oleh sebagian orang dianggap keramat, serta banyak peristiwa aneh yang tak masuk akal secara ilmiah. Namun nyatanya, terjadi dialami 30 orang tentara anggota batalion bersangkutan yang nekad mencoba-coba praktik klenik. 

Kapten Rivai sudah mengingatkan kepada pasukannya bahwa dalam Alquran juz 3 Surat Ali Imran, ditegaskan, dalam agama Islam, umatnya dilarang melakukan mistik, seperti pemujaan kepada kuburan-kuburan tua atau benda-benda sakti untuk meminta sesuatu kepada makhluk halus jin. 

Akan tetapi, ada sebagian tentara pasukan Batalion 32/Garuda Hitam yang membandel dan nekad melakukan jalan sesat, melakukan pemujaan kepada makam Eyang Soeropandji dan sebuah batu besar di Gunung Cikuray. 

Apa yang dicari oleh sejumlah tentara Batalion 32 itu, disebutkan, adalah ”rotan wulung” dan sebentuk cincin yang bernama ”cincin wulung”, yang diyakini tersembunyi di makam Eyang Suropandji dan makam istrinya di Gunung Cikuray. 

Konon, barang­siapa yang memiliki kedua benda itu, akan menjadi kuat, termasyhur, kebal peluru dan aneka segala bentuk racun, dll. Beberapa hari menjelang Perjanjian Ren­ville, sebanyak 30 tentara pasukan Yon 32/­Garuda Hitam melakukan pemujaan pada malam Jumat. 

Setelah komat-kamit membacakan mantera, mereka kemudian kesurupan massal. Kapten Rivai yang kemudian mendapat laporan atas kelakuan sebagian anak buahnya itu, bergegas ke lokasi dan menyaksikan kejadian mengerikan. 

Disebutkan, dalam kesurupan massal itu, dilakukan upacara pemanggilan arwah dengan diyakini menghadirkan roh Teuku Umar, Imam Bonjol, Diponegoro, dll, untuk ditanyai petunjuk mengalahkan pasukan Belanda. 

Pada kejadian lain, sedang hebat-hebatnya 30 orang pelaku mistik itu kesurupan massal, Kapten Rivai langsung menendang betis pimpinan kelompok kesurupan sehingga semuanya menjadi sadar kembali. 

Melihat kondisi itu, menurut Rivai, dirinya kemudian marah besar apalagi kegiatan mistik dinilai membahayakan bagi perjuangan pihak Indonesia. Ia kemudian mengancam akan menembak mati anak buahnya jika ada yang melanjutkan praktik mistis. 

Baca Juga: Dibalik Kisah Tragis Curug Pengantin di Bandung dapat Meningkatkan Aura yang Memesona, Benarkah?

Baca Juga: Sadisnya Perbuatan Shinta Dewi Terhadap Kidang Garungan Membuat Kawah Utama Sidikang ini Berpindah-pindah, ini Cerita Legendanya

Baca Juga: Sumur Jalatunda di Jateng, Sumur Besar Dapat Mengabulkan Keinginan, Begini Ritualnya

Disebutkan, diantara 30 orang tentara tersebut masih ada pula yang membandel tak mau menuruti larangan klenik, yaitu Letda Achmad Ronotirto. 

Alasannya, ia memperoleh bisikan dari Eyang Soeropandji saat sedang di makamnya dan merasa dikelilingi banyak bidadari, tetapi akan dijadikan wadal demi kemenangan atas Belanda. 

Sumber: pikiran-rakyat.com


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30