Kisah Pengembara dari Cilacap dan Asal Usul Gua Donan di Pangandaran

Kisah Pengembara dari Cilacap dan Asal Usul Gua Donan di Pangandaran

Yuli Nopiyanti
2020-06-28 16:49:54
Kisah Pengembara dari Cilacap dan Asal Usul Gua Donan di Pangandaran
Asal Usul Gua Donan yang Ada di Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat (foto:Dok.Istimewa)

Kisah Gua Donan yang ada di Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu gua yang memiliki cerita perjalanan seorang tokoh besar penyebar Agama Islam dari Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Tak hanya itu saja bahkan salah satu warga setempat Aceng Hasim mengatakan, berdasarkan kisah tutur, di Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang ada seorang tokoh besar penyebar Agama Islam bernama Kiai Banjar.

Namun tak hanya itu saja pasalnya Kiai Banjar memiliki banyak pengikut dan menjadi panutan masyarakat karena sikapnya yang bijaksana dan selalu mengajarkan pada kebaikan.

“Kiai Banjar memiliki banyak pusaka dan memiliki kesaktian, sehingga banyak masyarakat yang berguru ilmu kanuragan kepadanya,” kata Aceng.

Bahkan pada saat Kiai Donan sudah memiliki banyak murid baik yang belajar keagamaan dan kanuragan, datang salah satu pengembara yang singgah di Desa Tunggilis dari Cilacap.

Baca Juga: Pemandian Alam Evu di Maluku, Dilarang Mandi Bagi Wanita yang Sedang Haid, ini Akibatnya Bila Dilanggar

Pengembara tersebut adalah Adipati Raden Ronggo Segoro yang memiliki misi penyebaran Agama Islam selama menjadi pengembara dari satu daerah ke daerah lain. Situasi dan kondisi di Desa Tunggilis antara pengikut Kiai Banjar dengan Adipati Raden Ronggo Segoro terjalin dengan baik dan sangat harmonis.

“Selama singgah di Desa Tunggilis, Adipati Raden Ronggo Segoro pun memiliki pengikut yang belajar ilmu keagamaan dan kanuragan,” tambah Aceng.

Dikala jalinan pengikut Kiai Banjar dengan pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro terjalin sangat harmonis, tiba-tiba Kiai Banjar merasa kehilangan salah satu pusaka keris yang merupakan keris andalannya.

Dari kejadian tersebut, masyarakat di Desa Tunggilis terbelah menjadi dua kubu, yaitu pengikut Kiai Banjar dan pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro. Pengikut Kiai Banjar curiga kalau pusaka keris miliknya dicuri oleh pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro, begitupun pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro curiga pusaka keris yang hilang dicuri pengikut Kiai Banjar.

Bahkan taka hanya itu saja untuk menyelesaikan permasalahan kecurigaan dua kubu antar Kiai Banjar dengan Adipati Raden Ronggo Segoro sepakat menggelar sayembara adu kanuragan dengan cara saling meminum air putih secara bergantian.

“Sayembara adu kanuragan pun digelar, Kiai Banjar meminum air putih yang sudah di bacakan doa oleh Adipati Raden Ronggo Segoro dan Adipati Raden Ronggo Segoro meminum air putih yang sudah dibacakan doa oleh Kiai Banjar,” papar Aceng.

Baca Juga: Kisah Mistis Pulomajeti di Balik Kampung Siluman yang Hilang di Kota Banjar

Pasalnya setelah sayembara adu kanuragan dengan cara meminum air putih digelar, tidak terlihat reaksi apa pun pada Kiai Banjar, namun tidak lama dari itu dari perut Adipati Raden Ronggo Segoro secara tiba-tiba keluar sebuah pusaka keris yang hilang itu.

Setelah diselidiki, pusaka keris tersebut rupanya dicuri oleh salah satu pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro. Dari kejadian tersebut, terjadi fatwa dan doktrin dari ke dua tokoh yaitu Kiai Banjar dan Adipati Raden Ronggo Segoro kepada masyarakat di Desa Tunggilis tidak boleh melakukan jual beli barang berbahan besi.

“Fatwa dan doktrin tersebut hingga kini masih dipegang teguh oleh masyarakat sehingga sampai sekarang tidak ada toko material yang menjual besi,” terangnya.

Dari kejadian itu pun diprediksi Desa Tunggilis bakal menjadi tempat pangadonan atau tempat orang mencari nafkah.

“Sejak itulah gua yang ada di Desa Tunggilis dijuluki Gua Donan,” sambung Aceng.


Share :