Pemandian Alam Evu di Maluku, Dilarang Mandi Bagi Wanita yang Sedang Haid, ini Akibatnya Bila Dilanggar

Pemandian Alam Evu di Maluku, Dilarang Mandi Bagi Wanita yang Sedang Haid, ini Akibatnya Bila Dilanggar

Ekel Suranta Sembiring
2020-06-28 16:37:02
Pemandian Alam Evu di Maluku, Dilarang Mandi Bagi Wanita yang Sedang Haid, ini Akibatnya Bila Dilanggar
Pemandian Alam Evu (foto: dailyvoyagers.com)

Pemandian Alam Evu yang terletek di Desa Evu, Kecamtan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku merupakan tepat wisata yang menyenangkan dengan pemandangan alam yang indah. 

Tak perlu merogoh kocek dalam-dalam, karena tarif masuk hanya dikenakan untuk kendaraan bukan hitungan per kepala. Di akhir pekan, pemadian alam ini ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun luar.

Dibalik keindahan pemandian alam Evu, ada larangan untuk wanita yang sedang “kotor”. Menurut kepercayaan penduduk setempat, jika wanita yang sedang “kotor” atau haid, akan kehilangan akal sehat.

Baca Juga: Goa Hawang di Maluku Ada Batu Kutukan Mirip Manusia dan Dua Ekor Anjing, Bernahkah?

Sejarah asal mulu pemandian alam Evu ini juga cukup menarik untuk dibaca, dimana kemunculan air jernih ini berasal dari kisah nenek tua. 

Berikut cerita asal mulanya yang dituturkan salah seorang warga kampung Evu bernama Kenny Sirken yang dikutip dari dailyvoyagers.com, zaman dahulu, ada seorang moyang dari marga Elmas yang sedang berburu di hutan dengan kedua anjingnya yang bernama Ngoak dan Wii. 

Ngoak bertugas untuk mencari mangsa sedangkan Wii bertugas untuk menangkapya. Ketika mangsa sudah terlihat, maka Ngoak akan berbunyi dan Wii lah yang akan mengejar untuk menangkapnya. Jika sudah tertangkap, maka Wii akan memberikan bunyi sebagai kode kalau mangsa sudah tertangkap.

Area dimana hutan tersebut berada namanya Warden, lokasinya berada di antara Desa Evu dan Desa Ngabub. Berburu dari pagi ternyata membuat kedua anjing itu pun kehausan. Melihat kedua anjingnya butuh air, moyang dari marga Elmas ini lantas mencari air untuk anjingnya.

Baca Juga: Patung Bayi di Bali ini Sering Terdengar Tangisan Anak Kecil dan Bisa Menolehkan Kepala Ketika Bulan Purnama, Begini Ceritanya

Di tengah perjalanan, moyang ini melihat sebuah Walang (pondok). Mampirlah dia ke pondok itu. Setibanya di sana, ia berjumpa dengan seorang nenek yang seluruh badannya dipenuhi oleh penyakit kulit. Kepada nenek itu ia meminta dengan sopan, “Nek, apakah kamu mempunyai air? Anjing-anjingku kehausan karena berburu dari pagi.”

Orang dulu tidak menyimpan airnya di jerigen atau ember, melainkan di bambu. Mendengar permohonan itu, sang Nenek memintanya untuk berjalan menuju bambu dan melihat apakah masih ada air di dalamnya atau tidak. Dari tempatnya berdiri, moyang Elmas itu pun berjalan ke arah bambu yang ditunjuk oleh sang Nenek. Namun sayang, persediaan air di bambu tersebut ternyata sudah habis.

“Maaf nek, tapi airnya sudah habis.” Ucap moyang Elmas dengan nada yang sedikit kelelahan. “Kalau begitu, bawa kedua anjingmu ke sini dan aku akan memberikannya air.” Jawab nenek yang membuat moyang Elmas tersenyum gembira. 

Setelah kedua anjing itu berada dihadapannya, nenek itu mengangkat kedua tangannya. Dari ketiaknya keluarlah air yang sangat jernih. Air itulah yang menjadi air minum bagi kedua anjing tersebut.

Usai memberi air kepada kedua anjing tersebut, nenek itu berpesan kepada moyang Elmas kalau Jumat pagi, ia akan masuk ke dalam kampung. “Bilang kepada orang kampung untuk tidak takut saat melihat hujan angin dan pepohonan di dalam hutan perlahan-lahan rubuh. Itu merupakan tanda kalau saya masuk kampung.” Ujar nenek.

Sesuai dengan yang dikatakannya, Jumat pagi nenek itu masuk ke dalam kampung dengan membawa air yang sangat banyak. air-air tersebut merubuhkan dan menghanyutkan pepohonan yang dilaluinya. Bahkan ada salah satu rumah milik marga Songbes yang ikut terhanyut akibat terjangan air dari kedatangan nenek itu. Sejak itulah air ini mengaliri Desa Evu dan menjadi air kehidupan bagi warga kampung tersebut.

Menurut orang Maluku Tenggara, nenek ini hidupnya berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung lainnya yang ada di Pulau Kei. Setiap kali dia pindah, air ini selalu dibawa bersamanya.

Kehadiran nenek ini di suatu desa ternyata tidak selalu membawa sukacita. Banyak juga orang yang kesal karena air yang dibawanya ini berisik, selain karena sekucur tubuhnya yang dipenuhi oleh semacam penyakit kulit.

Suatu ketika ada orang yang berusaha menikam nenek ini dengan linggis, maka ia pindahlah ke daerah Warden dengan membawa serta si air yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya Kolam Evu.

Kehadiran nenek ini di Kampung Evu dianggap sebagai suatu berkat karena airnya ini memberikan kehidupan, sehingga nenek ini diberi nama NEN MAS-IL. Dalam Bahasa Indonesia, NEN berarti nenek, Mas artinya emas, sedangkan Il artinya kembali. 

Jadi nenek ini adalah Emas yang hilang telah kembali. Memang di sinilah harusnya ia tinggal, menetap hingga akhir hayatnya dan menjadi “emas” bagi penduduk sekitar. 


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30