Secara bertahap, pemerintah pusat telah membuka kembali pariwisata yang berbasis alam di tengah pandemi Covid-19. Hal itu karena gugus tugas menganggap risikonya lebih rentan.
Tak hanya itu, pembukaan kembali aktivitas masyarakat di bidang ini juga keinginan masyarakat.
Baca Juga: Dokter Reisa Larang Pengunjung dan Pedagang Membawa Kelompok Rentan ke Mal
"Selain risiko rendah, pariwisata alam terbuka jadid tulang punggung ekonomi rakyat. Rakyat yang promosikan pembangunan atau ekonomi berkelanjutan dengan dengan memadukan pelestarian alam, edukasi. Promosi kesadaran menjaga lingkungan hidup dan ekonomi lokal berkelanjutan," kata anggota tim komunikasi Gugus Tugas Reisa Broto Asmoro dalam konferensi pers virtual, Selasa, 23 Juni 2020.
Meski demikian, protokol kesehatan tetap diikuti. Batasan pengunjung maksimal 50 persen pengunjung dari kapasitas, menerapkan social distancing.
Selain itu, untuk pengelola penting untuk melakukan pembersihan berkala, disinfeksi pada sarana, area dan peralatan yang digunakkan bersama. Juga harus ada fasilitas cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses.
"Pemeriksaan suhu tubuh di pintu masuk, perbanyak media info pakai masker di keramaian, jaga jarak 1 meter. Memastikan pekerja memahami cara dengan paham perilaku bersih dan sehat. Jaga kebersihan pribadi, cuci tangan, konsumsi makanan bergizi, olahraga," kata Reisa.
Baca Juga: PBNU Dukung Keputusan Arab Saudi Gelar Ibadah Haji Terbatas di Tengah Pandemi Corona
Lebih lanjut, dr Reisa juga menyarankan untuk pengunjung agar sistem online, untuk menghindari kerumunan.
"Disarankan sistem online, atau pengunjung daftar dulu sebelum datang untuk hindari kerumunan," pungkasnya.