Studi genetik lebih dari 1.610 pasien Covid-19 di Italia dan Spanyol menemukan orang dengan darah tipe A memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami gagal napas berat dibandingkan orang dengan darah tipe O.
Dari hasil temuan itu, menambah informasi yang berkembang sejak awal pandemi global bahwa orang dengan darah tipe O lebih terlindung dari penyakit, sementara orang dengan tipe darah A lebih rentan.
Dilansir dari CNN, Rabu 17 Juni 2020, peneliti menemukan dua DNA yang variasi urutan secara signifikan terkait dengan seberapa parah orang sakit. Salah satu wilayah tersebut mengandung kode gen untuk golongan darah ABO seseorang.
Baca Juga: Obat Pasaran, Dexamethasone Disebut Ampuh Sembuhkan Covid19, Apa Betul?
Dalam temuan yang dipublikasikan medRxiv dan belum melewati penelitian mendalam itu, para peneliti mengurutkan genom pasien Covid-19 di Spanyol dan Italia yang telah dirawat dengan kegagalan pernafasan yang parah dan membandingkan variasi dalam urutan DNA mereka dengan 2.205 subyek sehat.
Pada 8 Juni, perusahaan genetika utama yang menggunakan genomik merilis hasil penelitian terhadap 750.000 orang. Perusahaan menemukan bahwa orang dengan golongan darah O 9-18 persen lebih kecil kemungkinannya untuk menderita Covid-19 dibandingkan orang dengan golongan darah lain.
Hasil penelitian itu selaras dengan beberapa laporan lain yang diterbitkan awal tahun ini, termasuk dua pracetak dari Wuhan (medRxiv 2020, DOI: 10.1101 / 2020.03.11.20031096), rumah sakit New York (medRxiv 2020, DOI : 10.1101 / 2020.04.08.20058073), dan studi peer-review dari Wuhan (Br. J. Hematol. 2020, DOI: 10.1111 / bjh.16797).
Sebab orang dengan darah tipe O diklaim memiliki kadar protein yang lebih rendah yang mendorong pembekuan darah.
Direktur imunohematologi di Universitas Michigan, Laura Cooling mengatakan kaitan antara golongan darah dengan Covid-19 bisa didasarkan pada penelitian yang dilakukan selama epidemi sindrom pernapasan akut (SARS) pada 2002-2003, yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-1.
Dalam penelitian itu, golongan darah ditentukan oleh molekul gula tertentu yang ditambahkan ke protein atau lipid pada sel darah manusia dan jenis sel lainnya. Orang dengan darah tipe A membawa apa yang disebut antigen gula.
Sedangkan orang yang memiliki darah tipe B memiliki antigen B dan orang dengan darah tipe O tidak memilikinya.
Sejalan dengan itu, sistem kekebalan orang dengan darah tipe A mengembangkan antibodi untuk antigen B. Sedangkan orang dengan darah tipe B memiliki antibodi untuk antigen A dan orang dengan darah tipe O memiliki antibodi untuk keduanya.
Dalam kasus infeksi virus SARS-CoV-2, Cooling mengarahkan spike protein yang merupakan molekul kunci yang digunakan virus untuk menginfeksi sel diketahui sangat glikosilasi.
Penelitian pada SARS-CoV-1 menyampaikan bahwa spike protein partikel virus sering membawa antigen gula golongan darah dari sel inang yang terinfeksi untuk menghasilkan patogen.
Meski demikian, Cooling mencatat bahwa pemilik darah tipe O adalah protektif tidak sesuai dengan epidemiologi Covid-19 di Amerika Serikat. Di sana, orang Amerika-Afrika dengan darah tipe O telah mengalami tingkat infeksi yang tinggi secara tidak proporsional. Data epidemiologis itu menunjukkan bahwa efek perlindungan golongan darah mungkin cukup kecil dibandingkan dengan faktor-faktor lain.
Glikobiologis di Universitas Nantes, Jacques Le Pendu mengatakan SARS-CoV-2 dapat mereplikasi dalam sel yang mengekspresikan antigen golongan darah. Dia berkata ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, mereka mungkin melepaskan partikel virus yang dilapisi antigen golongan darah mereka.
Baca Juga: Benarkah Trombosis Jadi Penyebab Kematian Pada Pasien Positif Covid 19? Cek Disini
Itu berarti jika seseorang dengan darah tipe A menularkan virus ke orang dengan darah tipe O, orang tipe O akan memiliki antibodi yang dapat melawan virus. Namun, jika orang dengan darah tipe A menghirup partikel tipe A, mereka tidak akan memiliki antibodi itu.
Dalam studi laboratorium berikutnya, Le Pendu menemukan bahwa antibodi terhadap antigen tipe A menghalangi interaksi antara protein lonjakan SARS-CoV-1 dan reseptor sel inang yang digunakannya untuk masuk ke dalam sel. Namun, kondisi itu berlaku jika partikel virus telah dibuat dalam sel yang bisa mengekspresikan antigen A.