Waspada! Kota Depok Jadi Klaster Terbesar Covid 19 di Jawa Barat

Waspada! Kota Depok Jadi Klaster Terbesar Covid 19 di Jawa Barat

Ahmad
2020-06-15 11:33:51
Waspada! Kota Depok Jadi Klaster Terbesar Covid 19 di Jawa Barat
Kota Depok menepati peringkat pertama di Provinsi Jawa Barat sebagai daerah yang mempunyai jumlah kasus COVID-19 terbanyak. Foto: Istimewa

Kota Depok menepati peringkat pertama di Provinsi Jawa Barat sebagai daerah yang mempunyai jumlah kasus COVID-19 terbanyak.

Berdasar data Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar per Minggu 14 Juni 2020, jumlah kasus terkonfirmasi positif virus corona di Kota Depok mencapai 584 orang.

Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Kembali Tidak Sehat, Pasca PSBB Transisi Berlaku

Lima daerah di bawah Kota Depok, mayoritas termasuk dalam kawasan yang berdekatan dengan episentrum wabah, DKI Jakarta. Seperti Kota Bekasi di urutan kedua (496 kasus), menyusul Kota Bandung (344 kasus), kemudian Kabupaten Bogor (210 kasus), Kabupaten Bekasi (177 kasus), dan Kota Bogor (109 kasus).

Tren kasus positif meningkat di Depok ditengarai karena angka reproduksi efektif (Rt) dan kesiapan pelayanan fasilitas kesehatan. Merujuk data Gugus Tugas COVID-19 Depok, Rt diklaim sudah menurun di bawah angka 1, persisnya di angka 0,54 per 8 Juni.

Angka Rt di Depok pun sebenarnya lebih baik ketimbang daerah tetangga, misal Kabupaten Bogor yang memiliki angka Rt 1,2 per 5 Juni. Tetapi, Depok mempunyai tren penambahan jumlah kasus lebih tinggi ketimbang Kabupaten Bogor, setidaknya sejak masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) proporsional berlaku, 5 Juni kemarin.

Perbandingannya, penambahan 58 kasus di Kabupaten Bogor dan penambahan 70 kasus di Kota Depok hingga 13 Juni.   

Dilihat dari pelayanan fasilitas kesehatan, Kota Depok mesti mengakui jumlah rumah sakit rujukan virus corona memang terbilang lebih sedikit ketimbang Kota Bekasi, yang satu peringkat di bawah Depok dalam hal lonjakan kasus positif.

Kota Bekasi memilki 33 rumah sakit swasta untuk penanganan awal deteksi kasus corona dan 4 rumah sakit berlabel pemerintah sebagai rujukan utama. Sedangkan Depok, hanya memiliki 10 rumah sakit yang didedikasikan untuk penanganan kasus COVID-19.

Keterbatasan kapasitas fasilitas kesehatan itu, lantas memengaruhi penularan virus corona secara transmisi lokal. Sebab, tak sedikit Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan pasien positif tanpa gejala menjalani karantina mandiri di rumah.  

Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok dr. Alif Noeriyanto pernah mengatakan tren penularan secara transmisi lokal terjadi antar sanak famili dalam satu rumah, yang bersumber dari salah seorang anggota keluarga yang sedang swa-karantina.

Baca Juga: Warga Kelahiran 1 Juli, Bisa Buat SIM Gratis dari Polri, Kenapa ya?

Kekhawatiran penularan di gerbong KRL kian menjadi, saat opsi new normal atau kenormalan baru mulai ditempuh. Aturan yang sebelumnya mengharuskan pekerja bekerja dari rumah, kini mulai dilonggarkan.

Di Depok pada 8 Juni lalu (awal PSBB transisi menuju normal baru DKI Jakarta) antrean penumpang yang sangat panjang terjadi di Stasiun Citayam. Merespons hal ini, pemerintah setempat menginginkan kebijakan yang terintegrasi antar daerah.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30