Kisah bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda untuk meraih kemerdekaan memang tidak mudah. Dengan bekal strategi dan siasat, tapi juga didukung dengan persenjataan mutakhir di masanya, mereka mampu menjajah bumi kita hampir 3,5 abad.
Meskipun mereka hebat dalam hal kemeliteran, , namun pasukan Belanda ini tak mampu menaklukkan para pejuang kita yang tentu saja berusaha mempertahankan Tanah Air tercinta. Tak terkecuali mereka suku-suku atau masyarakat asli di tiap daerah.
Berikut inilah sejumlah suku di tanah air yang sangat ditakuti oleh penjajah di Indonesia.
1. Dayak
Kompeni Belanda memberi julukan 'pasukan hantu' kepada para ahli perang dari suku Dayak. Julukan itu ternyata karena kemampuan perang orang-orang Dayak yang mengerikan.
Suku Dayak adalah suku yang diketahui tinggal dan melakukan aktivitas di dalam hutan. Inilah alasan mengapa Belanda sulit menaklukkan orang-orang Dayak. Selain karena menguasai Medan, menurut pasukan Belanda, orang-orang dayak mempunyai kemampuan berkamuflase yang sangat hebat ketika berada di hutan.
Tak hanya itu, orang-orang dayak juga dikenal memiliki kemampuan bertarung yang handal. Selain hebat dalam bertarung jarak dekat menggunakan Mandau-nya, suku Dayak juga lihai bertarung jarak jauh menggunakan sumpit tiup yang beracun.
Konon, Mandau Dayak itu mampu terbang sendiri dan mencari musuh. Sementara sumpit tiup itu tak kalah mematikannya dengan senapan sniper milik penjajah, karena di ujung sumpit tiup telah diolesi racun dari getah Ireng.
Baca Juga : Kisah Sibiangsa dari Simalungun, Ritual Senjata yang Sarat Mistis dan Mengerikan
2. Buton
Satu-satunya wilayah yang tidak dijajah oleh Belanda adalah Buton, Sulawesi Tenggara. Dulunya sebelum Indonesia ada, Buton lebih mirip negara monarki, karena mempunyai pemimpin atau raja, perdana menteri, tentara dan rakyat sendiri.
Kerajaan Buton sejak dulu dikenal sebagai kerajaan yang sangat kuat. Di abad pertengahan ketika penjajah dari Belanda dan Portugis melakukan ekspansi ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, Buton dianggap wilayah yang strategis. Sebelum tiba di Maluku, kapal-kapal mereka akan singgah terlebih ke Buton terlebih dahulu.
Tak hanya strategis, Buton juga dikenal memiliki hasil bumi yang berlimpah, terutama rempah-rempah. Meski begitu, Belanda ternyata segan untuk menjajah Buton. Dengan Kerajaan Buton yang kuat, tampaknya Belanda tak mau mencari masalah. Daripada mereka kesulitan mendapat rempah-rempah lebih baik menjalin hubungan yang baik saja dengan Kerajaan Buton.
3. Nias
Nias memang terkenal dengan suku-sukunya yang mahir dalam bertarung, wilayah yang paling sulit ditaklukkan di Nias adalah Kabupaten Nias Selatan, tepatnya di Orahili Fau, banua raja Lahelu’u Fau yang secara administratif kini dikenal sebagai Desa Orahili Fau di Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan.
Belanda harus menelan kekalahan berkali-kali saat melawan petarung-petarung dari Nias. Tak terhitung jumlah berapa kali orang-orang dari suku Nias Selatan berhasil mengusir Belanda dari tanah kelahiran mereka. Hingga akhirnya Belanda memberi julukan kepada Lahelu’u sebagai De Verdrijver der Hollanders (pengusir orang-orang Belanda).
Tahun 1864 menjadi tahun efektifnya Belanda menguasai Nias. Jadi Belanda butuh waktu 171 tahun (1693-1864) untuk bisa benar-benar menguasai Nias. Dan Belanda menjajah Nias 81 tahun (1864-1945), bukan 350 tahun sebagaimana anggapan selama ini.
Baca Juga : Bangkawa, Tradisi Pembangunan Rumah Tengkorak Suku Dayak di Kalimatan Utara yang Bikin Bulu Kuduk Merinding
4. Batak
Wilayah yang paling sulit ditaklukkan oleh Belanda di pulau Sumatra adalah wilayah Aceh dan Tanah Batak, kala itu dua wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Kerajaan Batak yang dipimpin oleh Sisingamangaraja XII.
Belanda selalu kerepotan ketika harus berhadapan dengan tentara dari suku Batak. Belum lagi raja Batak, Sisingamangaraja, diketahui memiliki kesaktian yang luar biasa yang ia warisi secara turun temurun.
Butuh waktu sekitar 29 tahun lamanya untuk Belanda mampu menaklukkan Batak. Perang antara Belanda dan Batak itu mulai dari tahun 1849 sampai dengan 1907. Belanda harus berkorban banyak untuk bisa mengalahkan Sisingamangaraja XII.