Hutan Bukit Raya, Puncak Tertinggi Kalimantan yang Menyimpan Segudang Kisah Mistis, ini Syarat dan Pantangan Bila Mengunjunginya

Hutan Bukit Raya, Puncak Tertinggi Kalimantan yang Menyimpan Segudang Kisah Mistis, ini Syarat dan Pantangan Bila Mengunjunginya

Ekel Suranta Sembiring
2020-06-12 18:17:46
Hutan Bukit Raya, Puncak Tertinggi Kalimantan yang Menyimpan Segudang Kisah Mistis, ini Syarat dan Pantangan Bila Mengunjunginya
Hutan Bukit Raya (foto: bukitbakabukitraya.org)

Hutan Bukit Raya, Puncak Tertinggi Kalimantan yang Menyimpan Segudang Kisah Mistis, ini Syarat dan Pantangan untuk Mengunjunginya.

Di Pulau Kalimantan terdapat sebuah hutan bernama Hutan Bukit Raya. Hutan ini memiliki pesona alam tersendiri, namun banyak pendaki kewalahan, jatuh bangun, dan akhirnya tumbang. Dihantam kerasnya alam di jantung Borneo.

Bagi pendaki maupun pencinta alam, fakta seperti itu seakan menjadi tantangan tersendiri. Wajar, panorama hutan menakjubkan seperti itu tak bisa ditemui di banyak gunung di tempat lain.

Baca Juga: Melihat Makam Gantung Pemilik Ajian 'Pancasona' di Belitar

Namun siapa sangka, Bukit Raya ternyata menyimpan segudang kisah mistis. Dan kepercayaan akan adanya makhluk gaib penunggu kawasan itu, hingga kini masih diyakini masyarakat lokal.

Mitos turun temurun dari nenek moyang suku Dayak Ot Danum (Dohoi), kawasan Bukit Raya diyakini masih dihuni seekor harimau. Makhluk gaib penunggu Bukit Raya ini, tidaklah ramah terhadap setiap pendatang. Berbagai pantangan wajib dipatuhi jika tidak ingin celaka. 

Ini sebenarnya juga berlaku bagi warga lokal. Tiket masuknya, tak seperti angkutan kereta api, yang hanya duduk, diam, lalu sampai tujuan. Di sini, pendaki harus bertanggung jawab atas keselamatannya masing-masing. Untuk itu, mematuhi setiap pantangan dan larangan menjadi sebuah keharusan. Kemudian selalu menghormati kepercayaan maupun keyakinan adat setempat.

Sejak ditetapkan menjadi satu dari tujuh puncak tertinggi di Indonesia, keberadaan Bukit Raya mulai banyak dilirik pecinta alam. Hampir tiap bulan, selalu ada rombongan pendaki yang singgah ke desa berpredikat desa konservasi di Katingan ini.

Meskipun jalur pendakian bukan berada di sekitar perkampungan, namun kehadiran para pendatang itu bertujuan untuk meminta restu, sekaligus menerima petunjuk dari pisur atau tetua adat (juru kunci) setempat.

Ada dua syarat utama memulai ritual pendakian. Yakni rombongan dengan anggota maksimal tujuh orang diwajibkan mengurbankan seekor ayam. Jika melebihi, maka syarat minimalnya berupa kurban babi, bahkan sapi.

Di samping menyediakan berbagai kebutuhan ritual lainnya. Setelah itu, pisur bakal mengawali prosesi dengan berkomunikasi secara gaib. Dengan harapan, iktikad baik para pendaki tersebut mendapat lampu hijau dari makhluk penunggu kawasan Bukit Raya maupun roh para leluhurnya.

Adapun pantangan yang wajib dipatuhi, yaitu dilarang berbuat gaduh, mesum, berbicara kotor, berbohong, mengolok-olok, maupun tidak menghormati kepercayaan adat.

Selain itu, selama pendakian juga dilarang keras membakar ikan jenis saluang, menggoreng ikan kering atau jenis dendeng ikan lainnya. ”Kalau dilanggar, biasanya akan terdengar suara auman harimau dari ketinggian Bukit Raya. Dan tanah di perbukitan itu akan terasa seperti bergetar.

Hal itu menandakan, bahwa harimau gaib penunggu Bukit Raya sedang marah. Auman ganas yang disertai bergetarnya perbukitan itu, katanya, sekaligus sinyal kepada pendaki agar mamatuhi segala aturannya. 

Baca Juga: Bukit Semunjan, Lokasi Tepat Menikmati Keindahan Danau Sentarum di Kalbar

Berdasarkan riwayat pengalamannya mengikuti sejumlah ekspedisi ke Bukit Raya, cukup banyak pendaki lokal maupun nasional yang bertumbangan, lantaran melanggar pantangan yang sudah diamanatkan tersebut.

Kegagalan menuntaskan misi pendakian itu diawali kejadian-kejadian di luar nalar, seperti disusupi mimpi buruk yang sangat menakutkan, pohon tumbang menutupi jalur. Bahkan menderita penyakit aneh secara tiba-tiba, seperti terserang kolera.


Share :