Setiap daerah pastinya memiliki tradisi yang unik-unik. Salah satunya dari Suku Mentawai dari Kepulauan Mentawai memiliki tradisi unik, yaitu tradisi gigi runcing.
Tradisi ini merupakan tradisi mengerik atau meruncingkan gigi pada wanita. Untuk mengerik 1 gigi diperlukan waktu kurang lebih 30 menit. Ada 23 gigi wanita suku Mentawai yang harus dikerik.
Untuk meruncingkan 23 gigi memerlukan waktu yang cukup lama. Prosesi ini juga cukup menyakitkan. Namun, untuk terlihat lebih cantik, wanita di Suku Mentawai harus melakukan tradisi ini. Selain itu, tradisi ini juga menandakan wanita Mentawai yang akan melakukan tradisi kerik gigi sudah dianggap dewasa.
Baca Juga: Mengenal Pojhian Hodo, Ritual Pemanggil Hujan yang Sakral dari Situbondo
Semakin runcing gigi wanita dewasa, semakin cantik dan menawan wanita-wanita tersebut. Jadi, jangan heran jika tradisi kerik gigi sangat dinantikan oleh wanita-wanita di suku Mentawai.
Namun, kini tradisi ini tidak lagi menjadi suatu kewajiban yang dilakukan para wanita di Mentawai. Yang masih melakukan tradisi ini adalah istri orang yang dihormati di kalangan masyarakat Mentawai.
Biasanya, tradisi meruncingkan gigi biasanya dilakukan saat seorang wanita Mentawai akan menikah. Selain sebagai simbol kecantikan, tradisi ini memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekadar kecantikan.
Wanita Suku Mentawai memiliki kepercayaan turun temurun bahwa dengan meruncingkan gigi, tubuh dan jiwa mereka dapat terjaga keseimbangannya.
Masyarakat Mentawai memercayai bahwa manusia memiliki dua wujud yang tidak akan musnah. Wujud tersebut terdiri dari arwah dan tubuh. Jika mereka tidak menyukai penampilan fisik mereka, mereka akan mendapatkan penyakit. Oleh karena itu, para wanita dewasa Mentawai harus meruncingkan giginya sehingga mereka merasa cantik dan jiwa mereka selalu panjang umur serta bahagia.
Baca Juga: Mengenal Passiliran, Pemakaman Bayi dalam Pohon di Toraja
Walaupun proses mengerik gigi ini menyakitkan, terdapat pesan yang didapatkan oleh para wanita Mentawai dalam tradisi ini. Setiap kesakitan yang diderita akan membawanya dalam proses pendewasaan dan penemuan jati diri.