Pojhian Hodo adalah sebuah tradisi dari masyarakat Pariopo, Situbondo, Jawa Timur. Upacara adat yang digelar pada bulan Oktober-November ini dilaksanakan sebagai solusi dari kemarau panjang yang sering menyulitkan masyarakat desa. Masyarakat percaya, dengan diadakannya ritual ini, hujan akan turun dengan cepat.
Upacara yang masih bertahan di kalangan masyarakat hingga saat ini diyakini memiliki kaitan dengan kisah perjalanan Raden Damarwulan, seorang tokoh dari Kerajaan Majapahit.
Serupa dengan kisah Raden Damarwulan, setelah mendapat petunjuk dari Tuhan, masyarakat kemudian menyembelih kambing berwarna hitam untuk dikurbankan, dan dijadikan sesajen.
Pada puncak acara, para penari berjalan mengelilingi sesaji yang diletakkan di tengah-tengah tempat ritual, dengan iringan musik dan mantra tembang pamoji.
Hodo merupakan kebudayaan khas Situbondo upacara adat “pemanggil hujan” yang telah ada sejak tahun 1800 an. Uniknya dalam kebudayaan upacara Hodo ada akulturasi dari budaya Islam, Jawa, dan Madura yang dijadikan satu dalam sebuah acara adat.