Menempati lahan di Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan, bendungan itu sudah ada sejak pemerintah kolonial. Baru sekitar tahun 1933, Belanda membangunnya sebagai tadah hujan untuk pengairan sawah. Kala itu, luas situ mencapai 33 hektare dengan kapasitas tampungan air 2,1 juta meter kubik. Namun 76 tahun bertahan, luasnya susut menjadi 21 hektare.
Tsunami kecil di pinggiran Ibu Kota itu melambungkan nama Situ Gintung. Kisah tragisnya menyedot ribuan orang untuk menyaksikan sisa keindahan. Sekitar tahun 1980, keindahan Situ Gintung mulai dilirik para pebisnis.
Baca juga: Mengenal Mejan, Patung Berkekuatan Mistik Suku Pakpak
"Banyak yang mancing di sini. Banyak juga masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup dari sana, " kata Sa'amin Abdullah, 67, yang sudah 45 tahun bermukim di dekat situ.
Di balik daya tarik wisatanya, Situ Gintung ternyata menyimpan sejumlah misteri. Legenda buaya putih salah satunya.
Konon, buaya itu adalah jelmaan nenek tua penjaga situ. Sesekali buaya itu muncul di tengah danau dan memangsa penduduk sekitar sebagai tumbal.
Misteri lain adalah kisah pulau mistis di tengah danau yang terkadang muncul, kadang hilang. Pulau itu, konon menjadi tempat tinggal sang penjaga situ. Jika melihat pulau itu, pengunjung bisa terhipnotis untuk menyeberangi danau dan tenggelam.
Baca juga: Bikin Merinding, Inilah Kisah Mistik Lift Tua Berusia 107 Tahun di Kota Medan yang Bergerak Sendiri
“Pulau itu katanya sering mencari tumbal," celetusnya.
Tragedi jebolnya Situ Gintung tersebut membuat banyak orang takut beraktivitas di tengah situ dan ditambah cerita mistis melengkapi keangkeran Bendungan Situ Gintung itu.
Sebagian warga yang percaya kisah mistis yakin 100 korban tewas dalam musibah malam buta itu menjadi tumbal penjaga situ.