Bagi sebagian orang, bakso merupakan makanan yang kelewat enak. Hampir semua kalangan menyukai makanan satu itu. Selain karena harganya yang terbilang murah, cita rasanya juga cocok dengan lidah orang Indonesia.
Namun tak hanya itu saja pasalnya keadaan itu betul-betul membawa beruntung bagi Pak Rudy. Telah sejak lima tahun terakhir, ia membuka sebuah warung bakso di pasar yang letaknya tak jauh dari tempatnya tinggal. Setiap hari, warung baksonya selalu dipenuhi pengunjung. Tak ayal, di tahun kedua pendiriannya saja, Pak Rudy berhasil membangun banyak cabang bakso yang tersebar di berbagai titik di kabupaten. Ia menamai warung baksonya, “Bakso Pak Rudy”.
Bahkan di tempatnya tinggal, para tetangga mendapati Pak Rudy sebagai pebisnis kuliner yang hidupnya mentereng. Ia memang kaya raya. Namun, melihat Pak Rudy yang memiliki lebih dari tiga mobil mewah, lengkap dengan bangunan rumah yang super megah, orang-orang berpikir bahwa itu terasa tak masuk akal jika dihasilkan oleh seorang pedagang bakso, meskipun yang mereka maksud adalah pedagang sesukses apapun.
Oleh warga sekitar pula, Pak Rudy dikenal sebagai orang yang tak suka bergaul. Ia lebih sering berada di dalam rumah dan tak menampakkan diri pada acara-acara umum paling penting sekalipun. Namun, setiap ada kesempatan untuk beramal, Pak Rudy selalu menyumbangkan uangnya.
Namun tak hanya itu saja pasalnya ia juga ersedekah. Jumlahnya juga tak tanggung-tanggung. Namun tetap saja, ia tak pernah menampakkan diri dalam interaksi sosial orang-orang sekitarnya.
“Menurutmu apa, sih, yang terjadi sama keluarga Pak Rudy? Mereka kaya raya tapi aneh sekali,” kata Doni. Rumahnya hanya terletak beberapa kaki dari rumah Pak Rudy.
“Aku juga nggak tahu, Don.” Jawab Agus singkat. Ia teman Doni. Warga mengenal Agus sebagai pemuda saleh yang tak terlalu suka bicara. Ia sering diminta untuk menjadi imam masjid maupun memimpin acara yasinan dalam berbagai kesempatan. Dalam berbagai desas-desus pun, ia memilih untuk tak ikut campur. Menjaga lisan.
Bahkan tak hanya itu saja menelusuri pertanyaan temannya lebih jauh, Agus lalu menjawab kegelisahan Doni dengan mengajaknya makan di Warung Bakso Pak Rudy.
“Aku traktir,” kata dia.
Tak menunggu lama, berangkatlah keduanya menuju warung itu. Sesampainya di sana, mereka menyapa Pak Rudy yang sedang menjaga kasir lantas memesan dua porsi bakso.
Namun tak hanya itu saja bahkan sesaat setelah Agus dan Doni sampai di warung, Pak Rudy langsung menghindari mereka. Tampak sekali ia tak mau diajak mengobrol. Ia hanya mempersilakan Agus dan Doni makan dan pergi ke dapur, belakang warungnya.
Bakso datang. Agus dan Doni telah bergairah untuk menikmatinya.
Namun, tak berlangsung lama, di tengah kesempatan makan itu ada sesuatu yang terjadi. Secara tiba-tiba, Agus memuntahkan lahapan bakso yang baru saja ia makan. Ia merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Bukan soal rasa, melainkan soal lain. Sebagai orang saleh, kemampuan merasakan hal-hal semacam itu disebut Agus sebagai “kebeningan batin”.
Bahkan saat Mmlihat temannya, Doni hanya kaget. Namun, ia lantas melakukan sesuatu yang penuh dengan kenekatan: menilik apa yang ada di dalam panci besar tempat Pak Rudy meletakkan baksonya. Kebetulan, saat itu tak ada yang menjaga gerobak bakso di warung itu.
“Jangan!” Kata Agus. Namun tetap saja, Doni tetap melakukan apa yang telah jadi niatannya.
Namun tak hanya itu saja pasalnya betapa kagetnya Doni, saat melongok ke bawah, ia dapati panci bakso penuh dengan banyak tikus yang masih hidup. Selain itu, secara samar-samar, Doni juga melihat beberapa kertas yang terbuntal plastik dan dimasukkan ke dalam panci. Ia tak bisa membaca secara rinci apa yang tertera di kertas itu. Sebuah tulisan yang seperti memakai sebuah bahasa dan huruf yang asing. Lebih mirip mantra pesugihan.
Bahkan tak hanya itu saja pasalnya sudah melihat semuanya dengan mata kepala sndiri, Agus dan Donipun langsung mual. bahkan Ia juga lantas megajak Agus pulang dan berjanji akan mengabarkan apa yang sudah dilihat kepada warga. Bahkan tak hanya itu saja sejak kejadin tersebut, keduanya berjanji pada diri sendiri untuk tak pernah makan di Warung Bakso Pak Rudy.