Kuliner purba di zaman modern ini tidak semua punah. Salah satunya yakni Lamang tapai khas Tanah Datar, Sumatera Barat menjadi salah satu kuliner purba yang masih eksis hingga sekarang.
Lamang tapai biasanya merupakan sajian masyarakat Minangkabau saat perayaan hari besar seperti Idul Fitri atau Bulan Muharam. Namun, tidak perlu menunggu dua hari besar itu untuk bisa mencicipi cita rasa lamang tapai. Kuliner purba ini bisa ditemukan setiap hari di wilayah dataran tinggi Minangkabau, salah satunya adalah Pasar Batusangkar.
Sebelum siap disantap, lamang tapai terlebih dahulu melewati proses panjang dan rumit. Ini sesuai dengan kuliner khas Minangkabau yang terkenal akan kerumitan cara membuatnya.
Baca Juga : Lamang Tapai, Kuliner Legendaris Sepanjang Ramadan di Sumbar
Lamang berasal dari beras ketan putih yang dipadukan dengan santan. Adonan itu kemudian dituang dalam ruas bambu muda yang telah dipotong dan dibalut daun pisang pilihan.
Adonan dalam balutan daun pisang selanjutnya disangrai di atas bara api. Sumber api tetap menggunakan kayu bakar. Nantinya aroma kayu bakar akan berpadu dengan santan, daun pisang, dan bambu muda. Cara memasak ini mampu membuat ketan mengembang sempurna.
Saat lamang jadi, tapai menjadi topping-nya. Tapai merupakan proses fermentasi ketan merah selama beberapa hari yang diberi ragi dan dipadukan dengan aroma cengkih serta cabai.
Pembuatan lamang tetap mempertahankan cara tradisional seperti itu. Teknologi modern tidak akan bisa menghasilkan cita rasa lamang tapai nan gurih. Aroma rempah dan bambu juga tidak akan bisa digantikan dengan apa pun.
Baca Juga : Menjunjung Duli, Tradisi Ratusan Tahun Kesultanan Deli Saat Idul Fitri
Lamang yang gurih dan asam dengan topping tapai merupakan cita rasa purba yang mampu menghangatkan tubuh. Ada banyak cara menikmati kuliner ini. Salah satu caranya adalah mencampur lamang dengan durian. Saat musim durian tiba, buah ini banyak tersebar di Pasar Batusangkar.
Cara lain adalah mencampurkan roti dan srikaya, atau bisa juga dengan mencocolkan lamang yang telah diiris pada kuah tapai berwarna cokelat kehitaman. Langsung mencampurkan lamang dan tapai dalam satu piring bersamaan juga jadi salah satu alternatif cara menyantap kuliner purba ini. Lamang tapai paling pas disantap di tengah dinginnya udara dataran tinggi Minangkabau.