Jumlah kasus baru COVID-19 pada Kamis 21 Mei 2020 kemarin nyaris seribu kasus. "Kalau menurut saya tidak begitu kondisinya," kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, kepada wartawan melalui keterangan tertulis, Jumat 22 Mei 2020.
Untuk mengetahui puncak Corona dalam skala nasional, maka perlu pula menganalisis puncak Corona di berbagai daerah. Dia menjelaskan, saat ini berbagai daerah sedang berbenah diri untuk melaksanakan penanganan kasus Corona.
Maka terlalu dini bila puncak kasus Corona disimpulkan untuk sekarang, karena daerah-daerah masih berbenah.
"Pada saat ini kurang tepat melihat (puncak) angka nasional karena tiap daerah (rumah sakit, laboratorium, Puskesmas, dll) sedang membenahi diri. Pada saat selesai berbenah nanti, barulah akan terlihat data riilnya. Dari situ, baru kita ikuti bagaimana trennya dan kapan puncaknya. Setelah semua daerah bagus, baru kita bisa lihat tren nasional," tutur Wiku.
"Delay dalam pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium ataupun laporan kasus yang belum real-time menjadi penyebab utamanya. Data akumulatif kemudian dilaporkan pada satu hari membuat terjadinya angka yang terlihat melonjak. Jadi tidak bisa dihubungkan dengan lonjakan kasus riil," kata Wiku.
Sebelumnya diberitakan, ada 973 kasus tambahan virus Corona (COVID-19) pada hari Kamis 21 Mei 2020. Pemerintah menyatakan angka tersebut adalah yang tertinggi. Kasus konfirmasi positif hari mencapai 20.162, 4.838 orang sembuh, dan 1.278 orang meninggal.
"Peningkatan ini luar biasa dan peningkatan inilah yang tertinggi ini terjadi di Jawa Timur khususnya," kata jubir pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, lewat YouTube BNPB, Kamis 21 Mei 2020.