Umat muslim di seluruh dunia bahkan umat Islam di Australia kini harus menjalani Ramadhan dengan kondisi yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena pandemi COVID-19. Meskipun ada berbagai keterbatasan, umat Islam di sana masih khusyuk menjalankan ibadah puasa.
Bahkan tak hanya itu saja pasalnya melalui webinar yang diselenggarakan Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (AIMEP), Selasa 19 Mei 2020, Program Manager AIMEP, Rowan Gould menceritakan, sebelum pandemi COVID-19, umat Muslim di Australia punya berbagai tradisi yang rutin dilakukan selama Ramadhan. Meskipun di negara ini umat Muslim bukanlah kelompok mayoritas, Ramadhan tetap dapat dilaksanakan secara khusyuk.
"Ketika normal (sebelum pandemi), Ramadhan di Australia banyak sekali kegiatan yang diikuti oleh komunitas Muslim. Selain ibadah di masjid, yang identik dengan Ramadhan adalah salat tarawih. Setiap masjid besar dan juga yang tidak terlalu besar mengadakan (salat tarawih) ada yang 20 rakaat, ada yang 8 dan banyak juga yang khatam 1 juz per malam. Ini cukup umum," ungkapnya.
"Kegiatan buka puasa bersama juga dilakukan baik di level masyarakat dan juga di level perusahaan besar atau instansi pemerintah, di parlemen atau di kantor untuk solidaritas dengan karyawan atau anggota komunitas mereka yang beragama Islam," imbuh Rowan.
Bahkan tak hanya itu saja paslanya di tahun ini, Ramadhan harus dijalani dengan menerapkan jaga jarak sosial (social distancing). Hal ini dilakukan sesuai dengan aturan yang ditetapkan Pemerintah Australia guna mencegah penularan COVID-19.
Kendati demikian, Rowan yang tinggal di Melbourne menjelaskan saat ini ibadah puasa tetap berjalan lancar. Aktivitas umat di masjid juga dialihkan secara online sehingga tidak mengurangi ibadah dan kesehatan tetap terjaga.
"Semuanya harus pindah online. Jadi dari masjid mengadakan mengaji, ceramah virtual, buka puasa virtual, ada yang mencoba melaksanakan Lailatul Qadar, jadi ada beberapa Islamic Center yang melaksanakan lewat zoom sampai jam 1 malam," ujar Rowan.
Selain itu, Rowan juga mengatakan bahwa saat ini masjid mendapatkan keistimewaan untuk dapat mengumandangkan adzan magrib melalui pengeras suara (loudspeaker).
"Ada kebijakan baru bahwa adzan magrib boleh dikumandangkan memakai loudspeaker. Jadi biasanya itu di dalam masjid saja tetapi karena situasinya berbeda tahun ini, ada beberapa pemerintah lokal yang memberi izin untuk memakai loudspeaker untuk mengumandangkan adzan magrib ketika masih Corona," kata Rowan.
Bahkan tak hanya itu saja paslanya diketahui, mulai 18 Maret 2020, pemerintah Australia telah membatasi kegiatan perkumpulan di suatu tempat termasuk di tempat ibadah. Hal itu menyebabkan umat Muslim di Australia tidak dapat melaksanakan salat Jumat dan tarawih berjamaah. Sebagai gantinya, pemerintah memberikan bantuan kepada masjid untuk melaksanakan ibadah secara online.
Namun tak hanya itu saja bahkan Rowan juga bersyukur masyarakat di Australia bisa paham mengenai kondisi ini dan memiliki kesadaran untuk menaati imbauan pemerintah tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa masyarakat punya kepercayaan yang tinggi pada otoritas Australia mengenai penanganan COVID-19