Di bulan yang suci ini seluruh umat muslim menjalankan ibadah puasa ramadan bahkan tak hanya itu saja pasalnya, rasa-rasanya baru kemarin kita memulai puasa, namun ternyata tinggal hitungan hari saja kita akan berpisah dengan Bulan Suci Ramadhan 1441 H.
Tak hanya itu saja bahkan waktu mengalir begitu cepat. Hari demi hari, malam demi malam silih berganti membawa kita ke penghujung bulan mulia ini.
Padahal, bisa jadi kita belum optimal melaksanakan amalan qiyamullail kita. Bisa saja kita belum optimal melantunkan ayat demi ayat Alquran. Mungkin juga kita belum optimal melaksanakan ibadah lainnya di bulan penuh ampunan ini.
Bahkan tak hanya itu saja, kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih bisa bertemu ramadhan selanjutnya.
Di samping menyambut kehadiran Ramadhan, kita juga dianjurkan melepas bulan Ramadhan dengan ucapan “Marhaban ya Ramadhan Ma'a al-Salamah ila alliqa". Di akhir ramadhan Rasulullah dan para sahabat tampak sedih.
Dikutip dari buku The Power of Ramadhan karya DR. Syamsul Yakin, MS, mengenai ucapan Rasulullah ke para sahabat soal berakhirnya bulan penuh ampunan ini.
"Apabila tiba akhir ramadhan, menangislah langit, bumi dan malaikat." Mereka berkata, "Musibah apa itu ya Muhammad?"
Rasulullah menjawab: "Musibah hilangnya ramadhan, karena di bulan itu setiap doa dikabulkan, setiap sedekah diterima, setiap kebaikan digandakan, dan azab Allah dijauhkan."
Tak hanya itu saja bahkan dalam buku itu juga disebutkan Rasulullah memperingatkan kita. Menjelang akhir ramadhan seharusnya membuat umat muslim kian menginsyaf diri, merapat dan mendekat ke kehadirat-Nya.
Lalu, apakah di antara kita ada yang bersedih seperti sedihnya langit, bumi dan malaikat? tentunya pertanyaan ini hanya diri kita yang bisa menjawab.
Tetapi bisa juga kita bercermin pada teori al-ghazali atau Ghazall's Theory of Vertue tentang tingkatan orang-orang yang berpuasa.
1. Puasa orang awam
Puasa ini sekadar menahan lapar dan haus. Bisa jadi kelompok ini akan merasa suka cita dengan berakhirnya ramadhan. Sebab, puasa mereka baru sekadar ritual formalitas yang miskin nilai spiritual.
2. Puasa orang khusus
Puasa kelompok ini sudah mampu mencapai tingkat pertama dan dilanjutkan dengan memuaskan indera. Seperti puasa mendengar, melihat, mengendalikan tangan dan kaki, termasuk mengedalikan kata-kata.
Bisa dipastikan kelompok kedua ini merasa sedih apabila ramadhan berakhir. Bahkan mereka menginginkan Ramadhan sepanjang tahun. Seperti yang dinyatakan Rasulullah
"Seandainya umatku tahu apa yang ada di bulan Ramadhan, pasti mereka menginginkan agar setahun itu bulan Ramadhan seluruhnya. Karena di bulan itu Allah menebar kebaikan, doa dikabulkan, amal diterima, dosa diampuni dan dirindukan oleh surga."
3. Puasa orang super khusus.
Puasa kelompok ini adalah orang yang sudah mencapai tingkatan kelompok pertama dan kedua, dan ditambah dengan 'memuasakan hati-nurani'. Inilah puncak tertinggi ibadah puasa yang menghasilkan kesadaran hati, kesadaran akan kehadiran Allah, dan kemampuan menjadi potret Allah di muka bumi.