Syukur atas apa yang telah Allah SWT anugrahkan memang bisa diekspresikan dalam banyak laku dalam hidup. Dalam ibadah syukur bisa dilakukan dalam bentuk sujud syukur.
Sujud syukur adalah salah satu ekspresi syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang telah dikaruniakan. Sujud syukur biasa dilakukan pada saat-saat khusus, seperti saat medapatkan nikmat tak terduga dari Allah atau kita terhindar dari bahaya dan musibah yang hendak menimpa kita.
Menurut kebanyakan para ulama, ketika kita melakukan sujud syukur, maka kita dianjurkan untuk membaca doa berikut;
سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَبَا رَكَ اللهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ
Sajada wajhii lilladzii kholaqahuu wa showwarahuu wa syaqqo sam’ahuu wa bashorohuu bi haulihii wa quwwatihii fa tabaarokallaahu ahsanul khooliqiin.
Artinya: Aku sujudkan wajahku kepada yang menciptakannya, membentuk rupanya, dan membuka pendengaran serta penglihatan. Maha Suci Allah sebaik-baik Pencipta.
Namun demikian, dalam kitab Biharul Anwar, Syaikh Al-Majlisi menyebutkan sebuah riwayat bahwa doa yang dibaca oleh Sayidina Ali ketika beliau sujud syukur adalah sebagai berikut;
وَعَظْتَنِيْ فَلَمْ أَتَّعِظْ، وَزَجَرْتَنِيْ عَنْ مَحَارِمِكَ فَلَمْ أَنْزَجِرْ، وَغَمَّرْتَنِيْ أَيَادِيْكَ فَمَا شَكَرْتُ، عَفْوَكَ عَفْوَكَ يَا كَرِيْمُ
Wa’azhtanii falam atta’izh wa zajartanii ‘an mahaarimika falam anzajir wa ghammartanii ayaadiika famaa syakartu, ‘afwaka ‘afwaka yaa kariim.
Engkau telah memperingatkan aku namun aku tetap tidak ingat, Engkau telah menegur aku dari perkara-perkara yang Engkau haramkan namun aku tetap tidak mengindahkan larangan, dan Engkau memberikan anugerah-Mu kepadaku namun aku tidak bersyukur, aku mohon ampunan-Mu, aku mohon ampunan-Mu, wahai Dzat Yang Maha Mulia.
