Setelah khalifah Umar bin Khattab meninggal dunia, tongkat kekhalifahan dipegang oleh Utsman bin Affan.
Sosok Utsman yang dikenal sebagai pemalu ini menjalankan kepemimpinan dan kehidupannya secara umum mengikuti manhaj kenabian dan petunjuk dua khalifah sebelumnya.
Utsman biasa tidur siang di masjid, padahal dia seorang Khalifah. Kainnya diletakkan di bawah kepala, tanpa ada seorang pun yang menjaganya. Ketika bangun, tampak bekas kerikil di bagian samping tubuhnya.
Dia juga menjamu orang-orang dengan jamuan istimewa. Sementara di rumahnya, Ia makan dengan cuka dan minyak. Abdullah bin syaddad seorang tabiin terpercaya pernah melihatnya pada Jumat, Utsman berdiri di atas mimbar mengenakan kain kasar seharga empat dirham.
Terkadang Utsman menunggangi keledai sambil membonceng pembantunya. Dia juga menjenguk kaum muslimin yang sakit, mendoakan mereka, dan memenuhi undangan meskipun dia sedang berpuasa.
Dalam banyak kesempatan, Utsman selalu bertanya tentang kondisi rakyatnya, berita soal mereka, dan harga-harga yang berlaku di pasar. Musa bin thalhah meriwayatkan,"saya melihat Utsman bin Affan berbicara dengan orang-orang, bertanya tentang kabar mereka dan tentang harga-harga kebutuhan."
Demikianlah sosok Utsman bin Affan dalam masa kepemimpinannya sebagai Amirul mukminin. Kisah ini dikutip dari buku 10 sahabat yang dijamin masuk surga karya Abdus Sattar Asy Syaikh.