Ketupat kulit maupun sayur mudah ditemui pada Hari Raya Idul Fitri. Namun di lingkungan rukun tetangga rumahku, ketupat justru mudah ditemui pada hari ke-16 Ramadan. Para ibu di hampir setiap rumah disibukkan dengan kegiatan memasak ketupat.
Bahkan tak hanya itu saja pasalnya tradisi tersebut dikenal dengan istilah qunutan atau kupatan. Ketupat-ketupat yang sudah matang dibawa ke Musala Al-Iman menjelang magrib.
Lalu setelah warga menunaikan buka puasa di rumah masing-masing dan kembali ke musala untuk shalat magrib berjemaah disertai tahlilan usai shalat. Baru lah ketupat-ketupat tersebut dibagikan kepada jemaah secara acak agar mereka dapat saling mencicipi masakan buatan tetangga.
Tak hanya itu saja ketupat matang, tapi juga disertai sayur atau lauk pauk. Seperti tetanggaku yang kerap disapa Teh Mul, setiap tradisi qunutan ia selalu memasak ketupat, sayur labu, dan rendang daging karena ia sangat menyukai rendang.
Qunutan adalah tradisi lama yang masih diwariskan hingga saat ini. Tidak ada yang tahu pasti kapan dimulainya. Ada yang menyebutkan tradisi itu telah berlangsung sejak zaman Kesultanan Demak ketika memperluas pengaruhnya ke daerah barat pada 1524.
Sultan Cirebon, Sunan Gunung Jati, yang dibantu pasukan Demak menduduki pelabuhan Banten dan mendirikan Kesultanan Banten. Kemudian dengan maksud untuk meraih berkah pada bulan suci Ramadan, ketupat pun dibagi-bagikan.
Bahkan tradisi qunutan juga sebagai bentuk rasa syukur umat Islam karena berhasil menjalani separuh Ramadan. Qunutan masih berlangsung hampir di seluruh wilayah Pulau Jawa. Selain itu, qunutan juga menjadi momentum saling berbagi makanan dan berkumpul bersama di masjid atau musala pada malam harinya.
Qunutan juga menandakan masuknya malam Lailatul Qadar atau malam penting bagi umat Islam di bulan Ramadan. Tak hanya itu, qunutan merupakan pengingat perpindahan bacaan surat dari Surah At-Takasur ke Surah Al-Qadr, pada salat tarawih. Surat Al-Qadr menjadi bacaan pertama dan At-Takasur menjadi bacaan kedua. Setelah qunutan pun, umat Islam sudah dibolehkan menunaikan zakat fitrah.
Keistimewaan qunutan menggunakan ketupat dianggap tidak cepat basi, karena ada kreativitas yang dibangun, termasuk juga rasa yang berbeda jika menggunakan bahan lain. Dengan hadirnya tradisi qunutan, para orang tua juga mengajarkan kreativitas pada anak-anaknya. Kreativitas dalam mebuat kerangka ketupat.