Tato Dayak bukan Tato Sembarang, Pembuatan Diawali Ritual dan Prosesnya Berbulan-bulan

Tato Dayak bukan Tato Sembarang, Pembuatan Diawali Ritual dan Prosesnya Berbulan-bulan

Dedi Sutiadi
2020-05-03 23:54:58
Tato Dayak bukan Tato Sembarang, Pembuatan Diawali Ritual dan Prosesnya Berbulan-bulan
Proses pembuatan toto suku dayak. (Foto: Istimewa)

Tato dayak bukanlah tato sembarangan. Tato dayak bukan tato yang bisa kapan dan oleh siapa saja dikenakan. Ada ritual khusus dan tujuan tertentu dari pembuatan tato pada bagian tubuh. 

Seni tato pada suku Dayak dinamakan tedak, sementara seni membuat tato dinamakan nedak. Secara luas tato ditemukan di masyarakat suku Dayak, meski tidak semua subsuku Dayak memiliki tradisi tato. Bagi mereka, tato bukan sekadar hiasan tubuh. Tato merupakan bagian dari cara hidup orang Dayak, menjadi ciri khas mereka.

Bagi orang Dayak, gambar atau lukisan pada kulit tubuh ini sarat makna. Tato Dayak berperan sebagai tanda bahwa pemakainya telah melakukan sesuatu, sebagai identitas diri, menunjukkan status sosial pemiliknya, sebagai simbol keberanian, dan juga sebagai penolak bala atau menjaga pemakainya dari roh-roh jahat.

Tato Dayak tak bisa dibuat sembarangan. Seni ini merupakan tradisi turun-temurun dari leluhur mereka. Tiap motif memiliki makna dan fungsi masing-masing sehingga penggunaannya harus sesuai.

Menurut kepercayaan Dayak, tato yang mulanya berwarna hitam akan berubah menjadi warna emas dan menjadi penerang jalan menuju keabadian setelah mereka mati dan telah melalui upacara tiwah.

Dulu, saat terjadi perang, tato digunakan sebagai identitas suku sehingga jelas mana kawan dan mana musuh. Tato juga berfungsi sebagai tanda bahwa seseorang telah melakukan sesuatu, seperti mengayau (saat perang suku) atau menolong orang.

Namun, setelah masa perang suku berakhir dan mengayau sudah tidak diizinkan lagi, makna tato mulai bergeser. Dari semula sebagai identitas dan tanda setelah mengayau, tato lalu menjadi tanda bagi seseorang yang merantau.

Namun, ketika makna tradisi tato bagi laki-laki mulai bergeser sejak adanya larangan mengayau, tradisi tato pada perempuan tetap bertahan. Setelah mengalami haid pertama, perempuan Dayak akan dirajah sebagai tanda bahwa ia telah beranjak dewasa.

Umumnya, perempuan Dayak hanya bertato di tangan dan kaki, beda dengan laki-laki yang bisa memiliki tato di sekujur tubuhnya.

Perempuan bertato dianggap memiliki derajat lebih tinggi dibandingkan yang tidak bertato. Begitu pentingnya tato bagi perempuan Dayak membuat proses penatoan dengan ritualnya bisa membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun.

Sebelum melakukan penatoan biasanya dilakukan proses ritual, yaitu berdoa kepada leluhur satu hari sebelumnya. Proses ini biasa disebut dengan Mela Malam. Keesokan paginya seluruh keluarga inti perempuan akan membawa anak yang akan di tato ke sanak keluarga dan tetangga yang dekat dengan rumah panjang (rumah adat dayak) yang digunakan sebagai tempat dilakukannya prosesi adat.

Selama proses penatoan berlangsung, sanak famili harus mendampingi dan tidak pergi kemana pun. Agar anak yang ditato tidak bergerak, sebuah lesung besar biasanya diletakkan di atas tubuh. Jika dia sampai menangis, maka tangisan tersebut harus dilakukan dengan alunan nada yang juga khusus.

Ketika proses penatoan telah selesai, biasanya diadakan perayaan untuk menghindari hal-hal buruk terjadi.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30